Dinamika Penyusunan Kepengurusan NU Tubaba: Mengakomodasi Berbagai Kubu dan Kepentingan

Imam kahfi, mantan aktifis pelajar NU Lampung


Tradisi penyusunan kepengurusan Nahdlatul Ulama (NU) setelah selesai konferensi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dinamika internal organisasi ini. Di setiap tingkatan, mulai dari cabang hingga pusat, proses ini merupakan momen penting untuk memastikan keberlanjutan dan keberagaman di dalam NU.


Di level cabang, penyusunan kepengurusan sering kali menjadi panggung bagi berbagai kepentingan dan dinamika internal. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa NU sebagai organisasi yang besar dan berpengaruh, memiliki banyak kepentingan yang harus diakomodir.


Dalam proses penyusunan kepengurusan di PCNU Tulang Bawang Barat, terlihat berbagai kepentingan yang saling berbenturan. Di satu sisi, dominasi Kiyai sepuh dan berpengaruh dalam jajaran Syuriah dan Tanfiziyah mencerminkan nilai tradisional dan kearifan lokal yang masih sangat dihormati dalam NU. Namun, di sisi lain, adanya tiga kubu dengan fokus dan kepentingan yang berbeda menunjukkan kompleksitas dalam dinamika politik internal NU.


Meskipun terjadi persaingan dan perbedaan pendapat, penting untuk diingat bahwa semua kubu (biasanya diwarnai oleh 3 kubu, Pertama Kubu NU cultur & struktur, Kubu kedua Struktur dan NU Birokrat. dan yang ke tiga Kubu NU cultur + Struktur+ NU Naturalisasi).memiliki satu tujuan bersama, yaitu memajukan NU sebagai organisasi yang kuat dan relevan dalam konteks zaman. Memahami bahwa keberagaman dan inklusi adalah kekuatan, bukan kelemahan, adalah kunci untuk mencapai harmoni dalam penyusunan kepengurusan.


Di tengah dinamika yang kompleks ini, integritas dan komitmen untuk kepentingan yang lebih besar harus menjadi prinsip yang mendasari setiap langkah. Menyadari bahwa setiap kepentingan, meski berbeda-beda, sebenarnya merupakan bagian dari keberagaman yang memperkaya NU sebagai organisasi, adalah langkah awal menuju penyelesaian konflik dan pencapaian kesepakatan yang inklusif.

Dengan demikian, dalam menghadapi tantangan penyusunan kepengurusan, perlu adanya kesadaran kolektif bahwa keberlanjutan NU sebagai organisasi yang kuat dan relevan bergantung pada kemampuan untuk menghargai perbedaan dan menjaga harmoni di antara berbagai kepentingan yang ada.

Opini By, Imam Kahfi