Muhasabah Dirimu, Muhasabah Jam'iyah : Pesan Prof. Asrorun Ni'am di Silaturahmi MA IPNU

Silaturahmi dan halal bihalal Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (MA IPNU) yang diselenggarakan di Hotel Akmani, Jl. KH Wahid Hasyim No. 19, Jakarta Pusat, pada hari Selasa, 23 April 2024.

Jakarta --- Prof. Dr. HM. Asrorun Ni'am, Deputi 1 Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementrian Pemuda dan Olahraga, menjadi pembicara utama pada acara silaturahmi dan halal bihalal Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (MA IPNU) yang diselenggarakan di Hotel Akmani, Jl. KH Wahid Hasyim No. 19, Jakarta Pusat, pada hari Selasa, 23 April 2024. Dalam pidatonya, Prof. Asrorun menekankan pentingnya adaptabilitas generasi muda NU dalam menghadapi dinamika percaturan nasional, regional, dan global.


Prof. Asrorun mengatakan bahwa masa depan NU sangat ditentukan oleh kemampuan anak muda untuk berperan aktif dalam menghadapi perubahan zaman. Ia menyoroti pentingnya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) sebagai wadah untuk membangun kesadaran akan tanggung jawab generasi muda NU dalam memperjuangkan nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan.


" Ketika NU terpinggirkan, bukanlah saatnya untuk bersikap negatif. Sebaliknya, kita harus melakukan introspeksi diri untuk memahami bagaimana kita bisa berkontribusi dengan sumber daya yang kita miliki. Ada adagium yang sangat dikenal di kalangan kita, yaitu "Almuhafadotu Alamakodilisolih Wahdu Bijadidi Aslah," yang mengajarkan tentang komitmen untuk mempertahankan nilai-nilai baik namun juga fleksibel terhadap perubahan yang membawa kebaikan yang lebih besar." ujarnya.


Dalam konteks ini, Prof. Asrorun mengajak para alumni MA IPNU untuk melakukan introspeksi terhadap posisi NU dalam dinamika percaturan nasional, regional, dan global. Ia menekankan perlunya mempertahankan nilai-nilai baik yang dimiliki oleh NU namun juga fleksibel terhadap perubahan zaman. 


Penting untuk memahami bahwa tidak semua tradisi harus dipertahankan secara kaku. Beberapa tradisi perlu disesuaikan dengan zaman yang terus berubah. Kita tidak boleh mengikat diri kita dalam tradisi tanpa mempertimbangkan perubahan lingkungan di sekitar kita. Hal ini ditekankan oleh Kh. Ma'ruf Amin, bahwa kita harus menjadi pengikut yang cerdas, bukan hanya mengikuti tanpa pemikiran. Kita harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.


Prof. Asrorun juga mengingatkan bahwa tradisi yang tidak lagi relevan harus disesuaikan atau bahkan ditinggalkan demi kemajuan NU sebagai organisasi yang dinamis dan adaptif. Menurutnya, muhasabah diri dan muhasabah jamaah merupakan langkah penting dalam memastikan bahwa NU tetap relevan dan berdaya saing di tengah perubahan zaman.


Ada tiga tahapan yang penting untuk dipahami: pertama, menjadi pengikut yang cerdas; kedua, memiliki kemampuan untuk berinovasi dan mengambil yang baru namun tetap berpegang pada nilai-nilai; dan ketiga, menjadi inovator yang mampu menciptakan perubahan positif. Ini adalah tahapan yang sederhana namun memiliki makna mendalam dalam menjaga hubungan kita dengan lingkungan yang dinamis.


Selain Prof. Asrorun Ni'am, acara ini juga dihadiri oleh sejumlah alumni MA IPNU yang terkemuka, termasuk Sekretaris Jenderal PBNU Syaifullah Yusuf, Zainud Tauhid S, Hilmy Muhammadiyah, Abdulah Azwar Anas, Helmy Faisal Z, M Ali Ramadani, Doni Ahmad Munir, Hasan Chabibi, dan Arif Rohman. Dan mengundang MA IPNU Se Indonesia yang mereka semua turut berkontribusi dalam diskusi untuk memajukan NU dan memperkuat peran generasi muda dalam organisasi ini.