Oleh : Ir. H. Sunu Pramono Budi, MM - Ketua Umum DPP PATRI
Para politikus anak Transmigran dan warga PATRI, apapun parpolnya, ibarat sopir-sopir kendaraan dari berbagai jenis dan mereknya.
Diluar rumah, mereka adalah sopir-sopir dari aneka kendaraan politik itu. Tetapi ketika kembali kerumah PATRI, mereka semua adalah saudara sekandung. Satu Bapak dan Ibu yang sama, Transmigrasi Indonesia. Tentu sopir yang beradab tidak tega merebut dan berebut penumpang yang bukan haknya. Bahkan harusnya saling membantu mencarikan penumpang saudaranya.
Mereka bertekad membawa dan meneruskan harapan penumpang dengan tujuan sama. Agar terwujudnya visi dan misi Rumah Besar Transmigrasi Indonesia, yaitu sebagai pembangun dan perekat bangsa. Sampai ditujuan dengan selamat. Indonesia yang bersatu, maju, dan sejahtera.
Kader PATRI akan melanjutkan karya orang tua pendahulunya. Secara tekun membangkitkan pembangunan desa-desa, kawasan Transmigrasi, dan seluruh pelosok negeri dari pinggiran.
Warga PATRI yang tinggal di perkotaan, mengambil peran sebagai pengurus organisasi. Ada yang beranggapan, PATRI cocoknya di perdesaan. Tidak. Akses informasi, pusat ekonomi, infra/suprastruktur, kekuasaan, dan kemitraan adanya di kota.
Maka dengan bekal semangat membangun dan mempererat anak bangsa, warga PATRI terdepan mengambil peran. Akses dan potensi yang diperoleh di kota, digunakan untuk membesarkan organisasi dibasis massa. Akar rumput. Termasuk urusan pertanahan yang rawan sengketa.
Sehingga, bagi mereka yang membawa kendaraan dengan tujuannya sendiri, dan sengaja memisahkan diri, perlu mawas diri secara mendalam. Apakah masih layak dirinya mengaku bangga sebagai anak keturunan Transmigran.