Ilmu Bahasa Dan Bahasa Kaum Shufi
Oleh: KH. Ahmad Ishomuddin
Bahasa adalah ungkapan apa yang dipikirkan atau dirasakan seseorang melalui lisannya. Ada tata bahasa yang dijadikan pedoman bagi ahli bahasa untuk menjaga kebenaran ucapan dari lisannya, demikian halnya ada "tata bahasa" bagi ahl al-isyārah (kaum Shūfi) untuk meluruskan hatinya.
Tatkala ahli Bahasa Arab berkata bahwa Nahwu diperinci menjadi tiga bagian yaitu asmā', af'āl dan hurūf, maka kaum Shūfi pun membaginya menjadi tiga, yakni aqwāl, ahwāl dan af'āl.
Ahli bahasa menyebutkan al-asmā' (nama-nama) terlebih dahulu daripada al-af'āl (kata kerja), karena al-asmā' adalah sesuatu yang mendasar, menjadi pokok, dalam menyusun kalimat (al-kalām).
Demikian halnya, kaum Shūfi memulai pembagian dengan menyebut al-aqwāl terlebih dahulu, yang tiada lain berarti al-'ulūm (ilmu-ilmu), karena mula-mula Allah memerintahkan kepada nabi-Nya dengan ucapan sebagaimana firman-Nya, "Ketahuilah, bahwasanya tiada tuhan selain Allah." (Qs. Muhammad: 19)
Jelas bahwa yang mula-mula diperintahkan oleh Allah adalah al-'ilmu (mengetahui dengan sepenuh keyakinan) sebelum berkata-kata. Allah pun berfirman, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu". (Qs. al-'Alam:1)
Jelas pula pada ayat tersebut bahwa yang mula-mula dibaca adalah nama-Nya yang bagi kaum Shūfi selanjutnya berbuah ilmu dengan amal, yang al-'amal itu satu peringkat dengan al-fi'lu (pekerjaan) dalam ilmu Nahwu (tata bahasa Arab). Selanjutnya, al-'amal (amal ibadah) membuahkan al-hāl (suasana hati yang amat tenang bersama-Nya) yang berperingkat sama dengan al-harfu (huruf) dalam ilmu Nahwu yang kehadirannya untuk menyempurnakan makna bagi selain dirinya sendiri, yakni pada al-ismu (nama) dan al-fi'lu (perbuatan).
Demikian juga al-hāl yang hanya ada karena ketentuan dan anugerah Allah untuk menyempurnakan makna dalam al-'ilmu (ilmu) dan al-'amal (amal ibadah dan kebajikan). Yang demikian sebenarnya merupakan "lebihan" dalam suatu kalimat, dan yang ini (al-hāl) adalah lebihan (anugerah/fadlun) dari Allah, berdasarkan sabda Rasulullah SAW.
من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم( أخرجه أبو نعيم في الحلية من حديث أنس(
"Barangsiapa yang mengamalkan apa yang sudah diketahui (ilmunya), maka Allah mewariskan kepadanya apa saja yang belum ia ketahui."