5 Jenis Ni’mat menurut Imam Ghozali. H. Taufiqurrohim

Lbm-Nu Lampung - Allah SWT telah menganugerahkan kenikmatan kepada manusia dalam kehidupannya didunia. Saking banyaknya Kenikmatan-kenikmatan yang diperoleh tersebut, bisa dipastikan tidak bakal bisa dihitung satu persatu oleh manusia.  "Namun nikmat nikmat yang dikaruniakan kepada kita ini bisa dihitung bedasarkan kategorinya, yaitu ada 5 jenis seperti yang diterangkan oleh Imam Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin,".

Demikian kata Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu yang juga Alumni Pesantren Pandanaran Jogja H. Taufiqurrohim didepan Jamaah Ngaji Ahad Pagi atau Jihad Pagi yang memadati Aula Gedung NU, Ahad (27/03/16).

pertama yaitu Nikmat Harta Benda atau Kekayaan. "Nikmat ini merupakan nikmat yang paling rendah. Namun pada prakteknya dizaman sekarang ini justru ini yang paling diburu oleh manusia," ujarnya.

kedua adalah nikmat kesehatan. Nikmat kesehatan ini menurut Taufiq tidak bisa diukur dan lebih berharga dibandingkan dengan nikmat kekayaan. "Saking bernilainya nikmat ini, harta kekayaan manusia bisa habis untuk mengembalikan nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah," terangnya.

Nikmat yang ketiga adalah kenikmatan telah diberikan kelengkapan anggota tubuh dan panca indera. Kenikmatan ini menurut taufiq sangat patut disyukuri karena bila sampai kehilangan salah satu kelengkapan tubuh maka bisa dipastikan kelancaran dalam beraktifitas akan terganggu.

"Ingat jangan sampai kita mengkomersilkan anggota tubuh kita dengan menjualnya untuk kepentingan materi dan ingat juga jika anggota tubuh kita tidak ada spare part nya. Jaga baik-baik," candanya diikuti senyum para jamaah.

Selanjutnya Nikmat yang keempat adalah nikmat diberikannya Ruh atau Nyawa dalam badan kita. Taufiq menjelaskan bahwa dengan adanya ruh inilah manusia dapat beraktifitas. "Kita dapat menikmati dunia ini serta masih dihargai oleh orang lain karena masih ada ruh ditubuh kita," jelasnya.

Dari semua 4 jenis nikmat tersebut yang paling penting adalah jenis nikmat yang kelima yaitu Nikmat Iman dan Islam. "Kita harus bersyukur telah dilahirkan dalam Islam dan keimanan. Karena nikmat inilah yang akan menjadi bekal bagi kehidupan yang paling abadi yaitu kehidupan di akhirat," pungkasnya. (Muhammad Faizin)