JAKARTA - Sebagian besar negara-negara di Asia masih terdampak gelombang panas atau heatwave. Di Asia Selatan, misalnya. Negara seperti India dan Bangladesh tengah dilanda gelombang panas. Selain itu, gelombang panas juga melanda China, Myanmar, Laos, dan juga Thailand.
Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) Maskut Candranegara menerangkan bahwa penyebab terjadinya gelombang panas tinggi karena ada sistem tekanan tinggi yang berkembang di suatu daerah. Hal ini menyebabkan panas meningkat dan awan sulit tumbuh pada daerah tersebut. Akibatnya, udara panas yang terperangkap di suatu wilayah.
“Fenomena ini merupakan dampak dari anomali dinamika atmosfer yang menyebabkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas,” kata Maskut kepada NU Online, Kamis (4/5/2023) malam.
Selain itu, Maskut menjelaskan gelombang panas juga terjadi sebagai dampak dari perubahan iklim global. Perubahan iklim global menyebabkan suhu udara semakin tinggi dari tahun ke tahun yang berdampak pada peningkatan suhu udara dan mengakibatkan gelombang panas.
Saat ini, lanjut dia, terdapat perubahan siklus tahunan. Hal ini terjadi lantaran gerak semu matahari dari utara ke selatan. Perubahan tersebut membuat temperatur naik pada bulan April dan Mei, dan kemudian kembali terjadi pada September, Oktober.
Dampak gelombang panas
Menurut Maskut, dampak yang paling nyata dan mudah dirasa dengan adanya gelombang panas adalah terhadap kesehatan. Efek negatif dari gelombang panas dapat menyebabkan gejala yang serius yaitu heat exhaustion dan heat stroke.
“Heat stroke merupakan sebuah kondisi di mana seseorang kehilangan kesadarannya dan kulitnya menghangat serta kering,” paparnya.
Kondisi ini disebabkan karena tubuh tidak dapat mengontrol temperatur yang tinggi. Gejala lain yang timbul pada kondisi ini adalah bengkak pada anggota gerak bawah, panas di leher, kram, sakit kepala, lekas marah, lemah, dan lesu.
Untuk meminimalisasi dampak dari gelombang panas, Maskut mengimbau untuk mencukupi kebutuhan cairan dengan meminum sekitar dua liter air jika memiliki kegiatan di dalam ruangan.
“Jika memiliki kegiatan di luar ruangan sebaiknya minum satu sampai dua liter air per jamnya. Sebaiknya menghindari minuman beralkohol dan kafein,” ucapnya.
Gunakan pakaian yang longgar dan berbahan ringan. Pakaian yang longgar dan berbahan ringan dapat membantu sirkulasi udara. Selain itu kita juga dapat mengenakan topi atau payung sehingga tidak terkena cahaya matahari secara langsung.
Selanjutnya, hindari aktivitas di luar ruangan pada siang hari. Suhu udara di siang hari biasanya lebih tinggi dari malam hari, sehingga menghindari aktivitas di luar ruangan pada siang hari dapat membantu mencegah terjadinya heat stroke dan dehidrasi.
Dikutip dari situs NU Online dengan judul asli; Gelombang Panas Melanda Negara-Negara di Asia, Begini Penjelasan LPBI PBNU