Sekolah Kejuruan (Saat Itu)




Oleh : Ir. H. Sunu Pramino Budi, MM - Ketua Umum DPP PATRI

Terdorong keadaan, tahun 1970-1990-an anak trans biasanya setelah lulus SMP ingin sekolah kejuruan. Syukur kalau ada sekolah kejuruan yang ikatan dinas (ID). Alasannya, supaya setelah lulus bisa cepat kerja. Mengurangi beban orang tua. Mandiri. Melanjutkan ke sekolah umum (SMA) sangat jarang. Kecuali yang bercita-cita kuliah.

Sekolah kejuruan yang favorit saat itu diantaranya: SPG (Sekolah Pendidikan Guru), SPK (Sekolah Perawat Kesehatan), SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas), PGA (Pendidikan Guru Agama), STM (Sekolah Teknik Menengah), SGO (Sekolah Guru Olah Raga), SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas), dan lainnya. 

Seperti SPG, SPK, dan SPMA banyak peminatnya. Karena saat itu ada ikatan dinas. Walaupun masih muda, lulusan SPG saat itu langsung percaya diri jadi guru. Demikian juga yang lulusan SPK, langsung kerja di klinik atau rumah sakit. Lulusan SPMA, langsung jadi PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan). Dapat inventaris sepeda motor trail. Gagah. Biasanya calon mantunya Lurah.  

Zaman terus berkembang. Sekarang beda lagi. Untuk jadi guru, perawat, penyuluh, dan lainnya lulusan kampus. Lulusan sekolah kejuruan setingkat SLTA, tidak bisa lagi. Ada yang beda. Lulusan SMTA sekarang tingkahnya masih kekanak-kanakan. Apa ya penyebabnya?

Dikemudian hari, banyak juga lulusan sekolah kejuruan yang akhirnya melanjutkan kuliah. Karena tuntutan syarat ditempat kerja. Untuk mengejar pangkat, atau penyesuaian golongan. Sehingga, ada teman yang lulusan SPMA menjadi Sarjana Hukum, Sarjana Pendidikan, dan lainnya. Bagus.

Begitulah roda zaman.