Guru, Murid dan Sepatu Petani

Oleh : Aolia Khasmawati Fb

Suatu hari seorang guru berjalan bersama muridnya disebuah ladang. Tiba-tiba mereka menemukan sepatu usang milik seorang petani. Sang murid berkata pada gurunya, "Wahai guru, bagaimana kalau kita bercandai petani itu dengan menyembunyikan sepatu miliknya. Kita liat bagaimana reaksinya nanti".

Sang guru berkata, "Wahai anakku, kita tidak boleh menghibur diri atau mencari kebahagiaan dengan cara membuat orang lain sedih.

Lagipula kamu kan orang kaya, kamu bisa membuat dirimu dan dirinya bahagia dalam waktu bersamaan.

Bagaimana caranya wahai guru...?

"Letakkan beberapa dinar pada kedua sepatunya, lalu kita cari tempat persembunyian sembari melihat bagaimana reaksinya nanti". Jawab sang guru.

Sang murid melakukan apa yang diminta oleh gurunya, keduanya lalu bersembunyi di balik semak-semak menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.

Beberapa saat kemudian datanglah petani miskin itu, bajunya terlihat kumal setelah seharian bekerja. Lalu ia memakai sepatunya, tetapi tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pada kakinya. 

Diperiksalah sepatunya tersebut, tiba-tiba dia menemukan beberapa keping dinar. Hal yang sama ia temukan pada sepatunya yang satu lagi. Dilihatnya dinar-dinar itu dengan pandangan seperti tidak percaya, dia memastikan kalau dirinya tidak sedang bermimpi. Pandangannya kesana kemari pada sekeliling pematang, namun tak ada seorangpun disana.

Iapun tersungkur sujud, lalu mengangkat wajahnya ke langit sambil berkata, "Aku bersyukur kepadamu wahai Rabbku, Wahai yang Maha tahu bahwa istriku sedang sakit dan anakku sedang kelaparan dan tidak menemukan apapun untuk mengganjal perutnya.

Syukurku pada-Mu yang telah menyelamatkan kami dari kebinasaan..." Petani itu terus menatap ke langit sambil memuji Allah akan karunia-Nya.

Sang muridpun terenyuh. Ia tak kuasa membendung air mata bahagianya.

Sang guru bertanya, "Bukankah sekarang kamu lebih bahagia ketimbang kamu menyembunyikan sepatu milik petani itu..?

Manakah yang lebih baik, kamu bahagia karena menderitakan orang lain, atau kamu bahagia karena membahagiakan orang lain..?

Sang murid menjawab, "Aku mengerti guru. Aku baru saja belajar hal yang takkan pernah aku lupakan sepanjang hidupku. Sekarang aku baru mengerti sebuah kalimat yang sebelumnya tidak aku fahami dengan baik, "Saat kau memberi,  kau akan lebih bahagia ketimbang saat kamu menerima".

Sang guru menambahkan, Wahai anakku... " Jangan sekali-kali mencari kebahagiaan dengan cara menderitakan orang lain.
Kebahagiaanmu dimulai ketika kau membahagiakan orang lain.

Ingatlah bahwa kedermawan itu beragam,

1. Memberi maaf saat mampu membalas adalah Kedermawan 

2. Mendoakan saudaramu saat ia tidak disisimu adakah kedermawan.

3. Mencari udzur dan menepis prasangka buruk padanya adalah Kedermawan 

4. Membela kehormatannya saat ia tidak bersamamu adalah Kedermawan, dan

5. Menjaga lisan serta tanganmu untuk tidak menyakiti siapapun juga merupakan sebuah Kedermawan.