Silsilah keturunan menjadi hal penting untuk diketahui terutama bagi yang ingin menelusuri jejak kehidupan. Ini menjadi salah satu bagian sejarah yang harus terus diingat agar menjaga silsilah keturunan tetap utuh dan tidak tercerai berai.
Maskut Candranegara lahir pada hari Rabu Kliwon tanggal 25 Desember tahun 1967 di dusun Brangkal, desa Jambangan, kecamatan Geyer, kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Ayahnya bernama Muhammad Joyo Radi (biasa disampa mbah Radi) bin Muhammad Ali Wasio dan ibunya bernama Siti Pariyem.
Sejak umur 7 tahun orang tuanya hijrah ke Lampung mengikuti program pemerintah Transmigrasi Sepontan bulan Desember tahun 1974. Ditempatkan di desa Candra Kencana, kecamatan Tulang Bawang Tengah, kabupaten Lampung Utara (saat itu, red).
Semasa kecil Maskut bersama teman seusinya bermain-main layaknya anak kecil, main klereng, petak umpet, gobak sodor dan sebagainya di lokasi Transmiigrasi, tempat yang baru dibuka lahan pemukiman.
Pada sore hari mengaji di Langgar (Mushola) dekat rumah dan malam harinya usai mengaji barulah bermain, kadang diajak temannya nonton tv di kantor IBRD Pulung Kencana atau ke simpang PU, berjalan kaki lumayan jauh, setelah itu tidur beramai-ramai bersama temannya di Langgar.
Esok harinya berangkat sekolah di SDN 1 Candra Kencana yang berjarak sekitar 5 km dari rumah dengan berjalan kaki bersama teman-temannya. Tanpa alas kaki, tidak mengenakan sepatu, namun begitu semangat menjalani rutinitas menuntut ilmu di sekolah.
Libur sekolah hari minggu, diisi dengan ikut orang tua ke ladang, menggarap kebun yang ditanami singkong dan jagung. Kadang malam harinya diajak lagi sama orang tuanya ke ladang menjaga kebun jagung dari serangan hama babi hutan atau di curi oleh orang.
Semua dilakukan dengan suka cita dan riang gembira, walau kadang harus menahan rasa kantuk dan gigitan nyamuk malam harinya di gubuk yang berada di tengah kebun jagung. Biasanya gubuk selalu dibikin panggung, bagian atas untuk tempat tidur dan bagian bawah untuk tempat istirahat, dan dibuat semacam api unggun yang bisa untuk bakar jagung dan singkong.
Bukan hanya itu, biasanya sore hari telah menyiapkan beberapa pancing untuk di pasang di rawa atau kali, keesokan harinya pancing-pancing itu di cek satu persatu, ada yang dapat ikan gabus, ikan lele bahkan ada yang dapat belut dan kadang juga tadak dapat ikan.
Setelah lulus SDN 1 Candra Kencana tahun 1981, melanjutkan ke SMPN 1 Daya Murni, kecamatan Tulang Bawang Udik (saat itu, red), jarak tempuh sekitar 5 km dengan mengendarai sepeda onthel, hingga lulus tahun 1984. Baru setelah itu melanjutkan ke Pondok Pesantren Tri Bhakti At Taqwa desa Rama Puja, kecamatan Raman Utara, kabupaten Lampung Tengah (saat itu, red) ke jenjang pendidikan formal Madrasah Aliyah, setingkat SMA, lulus tahun 1987.
Setelah lulus pondok pesantren melanjutkan kuliah ke IAIN Raden Intan Lampung di kota Bandar Lampung pada tahun yang sama 1987, memilih Fakultas Syariah jurusan peradilan Agama.
Nasab
Nasab atau keturunan Maskut yakni orang-orang yang bukan sembarangan serta memiliki trah hingga Sunan Kudus (kata seorang guru) di kota Bogor Jawa Barat. Namun belum ditemukan silsilah tersebut.
Untuk itu silsilah keturunan Maskut baru sampai pada;
Maskut Candranegara bin Muhammad Joyo Radi, Muhammad Joyo Radi yang lahir di dusun Brangkal bin Muhammad Ali Wasio, Muhammad Ali Wasio, lahir di Kudus namun masa kecil oleh orang tuanya Raden Reso Diwiryo diajak membuka hutan yang diberi nama Brangkal (sebrang kali), disebut sebrang kali karena dusun yang ada sebelumnya bernama Duro berada di seberang barat.
Raden Reso Diwiryo bin Raden Puspo Condro Negoro merupakan asli kelahiran kabupaten Kudus Jawa Tengah. Dari sini belum dapat ditemukan silsilah diatasnya lagi. Namun demikian yang sudah di temukan baru makam simbah Muhammad Ali Wasio dan makam simbah buyut Raden Reso Diwiryo di dusun Brangkal, desa Jambangan. (Bersambung)