JAKARTA -- Raja Charles III menjadi sorotan setelah naik takhta menggantikan mendiang ibunya, Ratu Elizabeth II, yang meninggal dunia di usia 96 pada Kamis (8/9) lalu.
Sejak menjadi putra mahkota atau pewaris takhta Kerajaan Inggris, Raja Charles III terus menjadi sorotan publik selama puluhan tahun. Namun, publik sebagian besar hanya menyoroti skandal pernikahannya dengan mendiang Putri Diana dan beberapa kontroversinya.
Sementara itu, hanya sedikit orang yang tahu bahwa Charles vokal dalam mengkampanyekan beberapa isu seperti budaya, sosial, politik bahkan hingga isu agama.
Sebagai contoh, sebelum naik takhta sebagai raja, Charles III pernah beberapa kali mengutarakan pendapat dan posisinya secara terbuka soal Islam.
Raja Charles III bahkan berulang kali mendorong agar negara Barat bisa lebih dekat dengan dunia Islam. Ia menganggap negara Barat banyak menangkap narasi yang keliru soal Islam sebenarnya.
Sejumlah orang dekat Charles III mengakui bahwa sang raja memang memiliki kekaguman terhadap dunia Islam dan kawasan Timur Tengah. Hal itu tak aneh lantaran Raja Charles merupakan lulusan jurusan Antropologi dan Arkeologi Universitas Cambridge.
Pada November 2021 lalu, Charles III yang saat itu masih bergelar Pangeran Wales, dan istrinya, Camilla yang bergelar Duchess of Cornwall, melangsungkan tur luar negeri pertamanya sejak pandemi Covid-19.
Kawasan yang dituju pertama kali oleh Charles III saat itu adalah Timur Tengah yakni untuk mengunjungi Yordania dan Mesir. Di Mesir, Charles dan rombongan bahkan mengunjungi Masjid Besar Al-Azhar di Kairo.
"Saya percaya dengan sepenuh hati, bahwa manusia yang bertanggung jawab harus bekerja untuk memulihkan rasa saling menghormati antar agama, dan kita harus melakukan segala daya kita untuk mengatasi ketidakpercayaan yang meracuni kehidupan banyak orang," kata Charles dalam kunjungan tersebut saat berbicara soal keharmonisan antar-umat beragama.
Dikutip Arab News, pada 2015, Charles III pernah menghabiskan waktu enam bulan untuk belajar privat Bahasa Arab sebelum melakukan tur ke Timur Tengah. Saat itu, Charles hendak mengunjungi Yordania, Kuwait, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Salah satu alasan Charles belajar Bahasa Arab yakni agar dapat berbicara bahasa lokal saat mengunjungi negara-negara tersebut. Ia juga disebut ingin bisa membaca dan memahami Al-Quran.
Charles bahkan sempat mengutarakan curahan hatinya soal kesulitannya belajar Bahasa Arab saat berkunjung ke Qatar.
Saat itu, Menteri Energi Qatar, Mohammed Bin Saleh Al Sada, bertanya kepada Charles apakah dia bisa berbicara Bahasa Arab atau tidak.
"Saya mencoba mempelajarinya sekali tapi saya menyerah seakan masuk dari satu telinga dan keluar dari telinga lainnya," kata Charles seperti dikutip Sky News.
Sejumlah ajudan dan pejabat kerajaan juga bercerita bahwa Charles kerap mengutip ayat Al-Quran yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Inggris saat berbicara dengan umat Muslim di seluruh dunia.
Sebuah kolom opini yang ditulis Peter Oborne dan Imran Mula di Middle East Eye bahkan mengklaim Raja Charles III sebagai pemimpin Kerajaan Inggris paling pro-Islam dalam sejarah.
Dikutip dari CNN Indonesia