Oleh : Haddi VJB (Facebook) dan Ust. Ahmad Sarwat, Aswaja Center
NU dan Muhammadiyah termasuk dua ormas besar di negeri kita. Dua-duanya punya peran penting dalam sejarah umat Islam di Indonesia.
Makanya kedudukan dua ormas ini sebegitu
melekatnya dengan umat Islam. Lucunya sampai fungsinya berubah seolah-olah Mazhab seperti layaknya Mazhab dalam ilmu fiqih.
Padahal kedua ormas itu bukan perguruan dan bukan nama dari cabang ilmu keislaman. Maka tidak ada Mazhab NU atau pun Mazhab Muhammadiyah.
1. IImu Qiro'at
Sebutlah dalam ilmu tentang bacaan Al-Quran, kita mengenal nama para ulama qiroah seperti Qalun, Warsy, Nafi', lbnu Katsir, Hamzah, Kisa'i atau Hafsh dan lainnya.
Nama-nama itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan NU atau Muhammadiyah. Tidak ada qiroat NU atau qiroat Muhammadiyah.
Namun justru kedua ormas itu mengakui keberadaan berbagai qiroat para ulama.
Akan jadi lucu sekali kalau ada tokoh ngawur dan bilang bahwa dalam membaca Qur'an kita tidak perlu pakai salah satu qiroat sab'ah. Cukup pakai Qiroat Nabi saja.
Wah yang ngomong ngawur kayak gitu jelas
dipastikan dia nggak paham ilmu qiroat. Mana ada Qiroat Nabi. Semua qiroat sumbernya pasti dari Nabi.
2. IImu Hadits
Baik NU atau Muhammadiyah juga bukan perawi hadits. Tidak ada hadits riwayat NU atau riwayat Muhammadiyah. Sebab keduanya itu ormas dan bukan perawi hadits.
Namun baik NU atau Muhammadiyah pasti mengakui para perawi hadits, seperti Bukhari, Muslim, Nasa'i, Ibnu Majah, Tirmidzi, Ahmad, dan lainnya.
Akan jadi lucu kalau ada orang ngomorng ngawur bahwa dia tidak perlu dengan para perawi. Baginya cukup hadits riwayat Nabi SAW langsung, tidak perlu perawi.
Wah yang ngomong ngawur kayak gitu, jelas dia nggak paham ilmu hadits. Semua hadits pasti sumbernya dari Nabi SAW, tapi lewat jalur siapa.
3. llmu Fiqih
NU dan Muhammadiyah bukan Mazhab fiqih. Tidak ada Mazhab NU dan tidak ada Mazhab
Muhammadiyah. Karena keduanya merupakan ormas dan bukan Mazhab fiqih.
Dunia Islam mengenal ilmu fiqih lewat jasa besar para ulama fiqih seperti Imam Abu Hanifah, Malik, Syafi'i, Ahmad bin Hambal dan lainnya.
Nama-nama besar ulama fiqih itu jelas tidak ada hubungannya dengan NU atau Muhammadiyah.
Namun baik NU atau pun Muhammadiyah mengakui eksistensi para ulama fiqih itu dengan masing-masing mazhabnya.
Kalau ada orang ngomong ngawur bahwa dirinya tidak merasa perlu dengan ilmu fiqih dan para ulamanya, cukup pakai fiqih Nabi SAW, orang macam ini sebenarnya tidak paham ilmu fiqih.
Semua mazhab fiqih itu sumbernya pasti dari Nabi SAW. Tidak ada satupun Mazhab fiqih yang sumbernya bukan Nabi.
Dan kalau ada yang bilang tidak mau pakai Mazhab apapun, cukup Mazhab Nabi saja, jelas banget dia tidak paham ilmu fiqih.
Cukup dengan melihat statemen seseorang, kita bisa membaca seberapa awam dia terhadap ilmu agama.
Yang susah itu kalau ada orang awam terlanjur merasa dirinya sebagai orang pintar. Lalu mengangkat diri sebagai orang pinter secara kelembagaan.
Yang dihadapi sama-sama nggak pinternya. Maka lembaga yang berisi orang tidak pinter itu dianggapnya lembaga orang pinter.
Kan jadi runyam...