Jakarta- Sebuah lubang aneh di waduk Danau Berryessa di Napa, California, Amerika Serikat, selama bertahun-tahun membuat orang bertanya-tanya. Lubang ini sungguhan ada, bukan ilusi optik.
Jika permukaan air di waduk di bagian atas Bendungan Monticello naik terlalu tinggi, kelebihan air mulai berputar ke dalam lubang besar tersebut, seolah-olah menyedot permukaan danau. Demikian dilansir dari Science Alert, Rabu (13/4/2022).
Penduduk setempat menamai lubang ini "Glory Hole", ada juga yang menyebutnya sebagai "Mulut Neraka". Meski pusarannya terlihat seperti itu, lubang ini adalah spillway yang dibangun para insinyur pada 1950-an.
Spillway adalah alternatif dari saluran samping yang lebih klasik, yang digunakan untuk mengontrol aliran air keluar dari sebuah bendungan atau tanggul sehingga tidak meluap. Jadi, lubang ini sama sekali bukan fenomena alam seperti sink hole.
Strukturnya yang dikenal sebagai mulut lonceng atau bell-mouth, telah digunakan untuk mengontrol ketinggian air beberapa bendungan lain di seluruh dunia.
Namun, Glory Hole di Napa adalah salah satu yang paling terkenal, karena menghasilkan tontonan yang cukup menarik. Selama musim hujan pada tahun 2017, ratusan orang berkumpul di langkan beton di sisi danau untuk menonton 'mulut neraka' ternganga.
Di luar itu, Glory Hole beberapa kali memakan korban. Yang paling diingat publik adalah pada tahun 1997 ketika perenang Emily Schwalek meninggal setelah tersedot ke bawah pusaran air yang menuju lubang.
Dia sempat berusaha mencengkeram tepi danau selama kurang lebih 20 menit. Namun tim penyelamatan datang terlambat dan mayatnya ditemukan beberapa jam kemudian.
Meski pusaran itu mungkin terlihat seram dari atas, mereka yang mengerjakannya mengatakan bahwa kecepatan airnya tidak terlalu besar. Setiap detik, lubang pembuangan dengan lebar 22 meter dan panjang 75 meter ini mampu menelan sekitar 1.360 meter kubik air. Air yang tersedot ke dalamnya akan memasuki pipa yang lebih sempit dan mengalirkannya hingga bermuara ke Sungai Putah di dekatnya.
Kini, Glory Hole terlindungi dengan baik sehingga tidak ada yang secara tidak sengaja tersedot ke dalamnya. Saat hujan, wisatawan sering berbaris di pagar tepi danau untuk menyaksikan aksi lubang tersebut.
Pada 1950-an, ketika para insinyur membangun Glory Hole, mereka mengira lubang itu hanya akan digunakan sekali setiap 50 tahun dalam skenario ekstrem. Namun, sejak pergantian abad, pusaran air telah terbuka tiga kali. Ini juga menjadi pengingat lain bahwa iklim dunia kita sedang berubah.