Buku GUS DUR Jatuh dari Kursi Presiden dan Keberpihakan Media Massa Karya Prof. Dr. Aom Karomani M.Si.
RADARLAMPUNG.CO.ID– Beberapa tokoh nasional sudah memastikan kehadirannya dalam bedah buku Gus Dur Jatuh dari Kursi Presiden dan Keberpihakan Media Massa yang akan dilaksanakan pada 30 Desember 2020 di Ruang Sidang Rektor Lantai 2 Universitas Lampung (Unila).
Ini berdasarkan konfirmasi dari Maskut Candranegara, M.Pd. selaku sekretaris Panitia bedah buku yang ditulis Rektor Unila Prof. Dr. Karomani, M.Si. tersebut.
Di antaranya, sebut Maskut, Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj, M.A. selaku keynote speaker. Kemudian Menkopolhukam RI Prof. Dr. Mahfud M.D. dan Prof. Dedy Mulyana, Ph.D. dari Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad sebagai narasumbernya.
Selain itu ada tokoh pers yang juga mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, Cendekiaan Muslim Indonesia Prof Dr. Azyumardi Azra, Pemerhati Nahdlatul Ulama Greg Barton dari Australia, Ketua ICMI Lampung Prof. Dr. Ir. M. Yusuf S. Barusman, M.B.A., Ketua NU Lampung Prof. Dr. Moh. Mukri, M.Ag., Deputi Editor Kompas Mohammad Bakir, dan mantan jurnalis Republika Arif Punto Utomo. Masing-masing akan memberikan tanggapan terhadap isi buku yang segera bisa didapatkan secara umum ini.
”Kita juga mengundang Yenny Wahid. Namun, putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini berhalangan hadir karena ada kegiatan lain bertepatan dengan khaul ayahandanya,” terang Maskut yang juga Kepala Lembaga Penerbit dan Percetakan Unila Press dan Manager Unila Media di Badan Pengelola Usaha, Minggu (20/12).
Sekilas terkait buku Gus Dur Jatuh dari Kursi Presiden dan Keberpihakan Media Massa, lanjut Maskut, merupakan disertasi S3 dari Prof. Dr. Karomani, M.Si. yang mengomparasi dua surat kabar nasional yakni Kompas dan Republika terkait berita digelarnya Sidang Istimewa MPR Tahun 2001. ”Terkait ini, ada tiga subtema berita yang dikumpulkan dari dua media nasional tersebut,” bebernya.
Pertama, sebut Maskut, rapat paripurna dalam rangka percepatan SI MPR. Kedua, pro-kontra seputar wacana pemberhentian Presiden Abdurrahman Wahid jika tidak hadir dakam Sidang Istimewa MPR. Ketiga, ikhwal kepastian Megawati menjadi Presiden Ke-5 RI.
”Dari ketiga subtema ini, ada persamaan dan perbedaan pandangan antara Kompas dan Republika. Pada subtema yang pertama dan yang ketiga, baik Kompas maupun Republika satu pandangan. Kedua koran ini mendukung digelarnya Sidang Paripurna guna percepatan Sidang Istimewa MPR dan mendukung ikhwal kepastian Megawati jadi Presiden Ke-5 RI,” bebernya.
Adapun terhadap subtema ketiga terkait ikhwal pemberhentian Presiden Gus Dur jika tidak menghadiri Sidang Istimewa MPR, masih menurut Maskut, ada perbedaan pandangan di antara Kompas dan Republika. Dalam menyikapi pro-kontra kemungkinan ketidakhadiran Presiden Wahid pada Sidang Istimewa MPR, Kompas tampak ingin bersikap netral. Sementara Republika sebaliknya, secara tegas mendukung Presiden Gus Dur diberhentikan jika tak hadir di sidang istimewa tersebut.
”Namun terkait Dekrit Presiden, baik Kompas maupun Republika menolaknya karena dianggap menyalahi konstitusi atau hukum ketatanegaraan kita,” pungkas Maskut seraya mengatakan bedah buku mulai pukul 08.00 hingga selesai mendatang ini juga terbuka untuk umum yaitu dengan mendaftar ke link pendaftaran: http://bit.ly/seminarbedahbuku.
Diketahui, Karomani sendiri merupakan Guru Besar ke-60 Unila. Ia memulai pendidikannya di SDN Cipicung I Menes Banten dan lulus 1975. Kemudian melanjutkan ke SMPN Menes Pandeglang Banten (1979), SPGN Padeglang Banten (1982), S1 IKIP Bandung Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (1987), S2 Unpad Bandung Bidang Kajian Komunikasi Politik dan Analisis Wacana Media Massa, dan S3 Univeristas Padjadjaran Bandung Bidang Kajian Komunikasi Antarbudaya (2007). (rim/wdi)