Ketika sedang browsing di internet tentang isu global warming, saya tertarik untuk membaca sebuah artikel dengan judul "Islam Sebagai Sumber Global Warming". Menurut pemahaman saya, penulis sedang menyalahkan Islam sebagai penyebab terjadinya global warming di dunia saat ini. Rasa penasaran saya langsung mendorong saya untuk membaca artikel tersebut. Betul dugaan saya, si penulis sedang mencari-cari kesalahan Islam dan mengkaitkannya dengan kerusakan bumi. Bukan itu saja. Di akhir tulisannya ia menuliskan sebuah pernyataan yang tentu saja menyakitkan bagi umat Islam. Pernyataan itu berbunyi "let's go green, say no to islam" (mari lakukan penghijauan, katakan tidak pada islam).
Setidaknya ada 8 item yang ia tulis dan semuanya mengenai peran Islam dalam membuat kerusakan bumi. Salah satunya berbunyi begini: "Umat islam wudhu 5x sehari. Terdapat sekitar 1 miliar umat islam di seluruh dunia. Katakan saja setengahnya yang shalat 5 waktu. Setiap kali wudhu menghabiskan sekitar 3 liter air. Maka jumlah air yang terbuang sia-sia adalah 500.000.000 orang x 5 waktu x 3 liter air = 7.500.000.000 liter air per hari. Kalikan sendiri dalam minggu, bulan dan tahun. Sementara itu ada banyak daerah di seluruh dunia mengalami kesulitan air bersih."
Setidaknya ada 8 item yang ia tulis dan semuanya mengenai peran Islam dalam membuat kerusakan bumi. Salah satunya berbunyi begini: "Umat islam wudhu 5x sehari. Terdapat sekitar 1 miliar umat islam di seluruh dunia. Katakan saja setengahnya yang shalat 5 waktu. Setiap kali wudhu menghabiskan sekitar 3 liter air. Maka jumlah air yang terbuang sia-sia adalah 500.000.000 orang x 5 waktu x 3 liter air = 7.500.000.000 liter air per hari. Kalikan sendiri dalam minggu, bulan dan tahun. Sementara itu ada banyak daerah di seluruh dunia mengalami kesulitan air bersih."
Inilah letak perbedaan orang yang beriman dan tidak. Seorang yang tidak memiliki iman pasti akan melakukan perhitungan matematis dalam mengolah suatu data sehingga hasilnya pun harus rasional dan matematis. Padahal Islam juga sangat menjunjung tinggi rasionalitas. Namun bedanya rasio dalam Islam harus didasari dengan iman. Rasionalitas pada tuduhan di atas adalah sebagai berikut: apabila Allah yang memerintahkan manusia untuk bersuci sebelum menghadap kepadaNya, apakah Allah juga tidak menyediakan fasilitas untuk itu?
Jangankan menciptakan air. Menciptakan apapun yang diinginkan, bagi Allah adalah hal yang mudah. Allah akan selalu memberi fasilitas dan supplai air dengan catatan manusia tidak berperilaku boros dan berlebih-lebihan sehingga merusak keseimbangan alam.
Air adalah kebutuhan pokok manusia. Karena itu Allah menciptakan jumlah air yang paling besar dibanding makhluq lainnya di muka bumi. Sekitar 70% dari bumi adalah air yang termasuk di dalamnya lautan, air tanah, sungai dan danau serta air yang terkunci dalam es di kutub. Manusia menggunakan air untuk dikonsumsi, untuk mandi, mencuci pakaian, bersuci bagi orang Islam, bahkan dijadikan sebagai hiburan dan sarana rekreasi. Dalam ilmu geografi air adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable). Allah telah mengatur bahwa air berada dalam siklus konstan menguap dari laut naik ke udara, hujan di atas tanah dan kemudian mengalir kembali ke laut. Jadi sudah menjadi fitrah manusia akan kebutuhan terhadap air, dan Allah sebagai pemilik seluruh alam memiliki hak untuk memerintahkan manusia untuk melakukan apapun termasuk memanfaatkan air untuk bersuci.
Allah menciptakan alam ini agar sebagai Khalifah di muka bumi. Manusia dapat memanfaatkannya dan mensyukuri nikmat yang ada di alam semesta. Namun tidak berhenti sampai di situ. Islam sangat menganjurkan penghematan dan hidup sederhana dalam hal apapun. Allah mengungkapkan bahwa manusia sudah diberi apa yang pantas dia dapatkan dan melarang manusia berperilaku berlebihan dan melampaui batas.
وَلَوْ بَسَطَ الله ُالرِّزْقَ لِعِبَادِه لَبَغَوْا فِى اْلاَرْضِ وَلكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِه خَبِيْرٌ بَصِيْرٌ
"Dan jikalau Allah melapangkan rizqi kepada hamba-hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muaka bumi. Tetapi Allah menurunkan apa yag dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat. (QS. Assyuura : 27)
Al Qur'an justru mengecam keras perbuatan mubadzir dan menyatakan bahwa orang-orang yang mubadzir sebagai saudara-saudara setan. Berwudhu sama sekali bukanlah perbuatan memubadzirkan air.
Islam adalah agama yang sangat menekankan kebersihan dan kesucian. Dalam Islam air dibutuhkan ketika bersuci dari hadats besar dan kecil, memandikan jenazah, mensucikan tempat atau pakaian yang najis, dan salah satunya berwudhu. Berwudhu dan bersuci sama sekali tidak berarti pemborosan air. Dalam berwudhu Rasulullah SAW menganjurkan agar kita berwudhu seperlunya dan tidak berlebihan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas Bin Malik disebutkan "Rasulullah biasa berwudhu dengan satu mud dan mandi dengan satu sha' (4 sampai 5 mud)" (Muttafaqun 'Alaih). Satu mud air diperkirakan kurang lebih seukuran 2 telapak tangan orang dewasa. Itulah cara Rasulullah SAW menghemat penggunaan air. Jadi dimana letak pemborosan air seperti tuduhan di atas?
Barangkali si penulis tidak memahami betul apa itu global warming. Global warming atau pemanasan bumi adalah isu yang sedang melanda dunia beberapa tahun belakangan ini. Penyebab utama pemanasan bumi ini adalah pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, gas alam, karbondioksida, dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin penuh dengan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas matahari yang dipancarkan ke bumi. Insulator adalah materi yang dapat mencegah penghantaran panas atau muatan listrik.
Efek pemanasan bumi ini akan sangat berpengaruh pada sendi kehidupan kita. Perhatikan cuaca saat ini yang sangat sulit kita prediksi. Bumi kita makin panas, bencana di mana-mana, badai, gempa, gunung meletus, tsunami, dan lain sebagainya. Pada dasarnya Allah telah menciptakan alam ini dengan seimbang. Namun karena keserakahan manusia yang semakin manjadi-jadi maka terjadilah beragam kerusakan dan kehancuran alam ini. Allah berfirman:
الَّذِىْ خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَىْ فِى خَلْقِ الرَّحْمنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىْ مِنْ فُطُوْرٍ
"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang! Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?" (QS. Al Mulk : 3)
Ketidak seimbangan lingkungan terjadi karena ulah tangan manusia. Penebangan pohon yang membabi buta, banyaknya industri dan pabrik yag dibangun akibat sifat konsumtif manusia, pemakaian listrik berlebihan, AC, air yang berlebihan. Pada dasarnya semua perilaku manusia yang berlebihan akan mempengaruhi lingkungannya. Masyarakat juga harus digalakkan untuk melakukan penghijauan, tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon serampangan, mengurangi jumalah plastik yang sulit didaur ulang, dan lain sebagainya.
Melihat masalah pemanasan global tidaklah sesederhana yang dikatakan oleh penulis di atas. Mengapa harus mengkambing hitamkan berwudhu, jam kantor yang tidak efisien karena terpotong oleh waktu shalat, pekerja wanita berjilbab yang merasa gerah sehingga cenderung memasang suhu AC lebih rendah daripada yang tidak berjilbab, apalagi suara adzan yang dianggap sebagai polusi suara. Semua tuduhan ini tidak rasional!
Menurut berbagai data tentang pemanasan bumi disebutkan bahwa penghasil terbesar gas rumah kaca adalah negara-negara industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China. Ini diakibatkan oleh konsumsi migas yang besar. Maka dari itu, menyalahkan Islam sebagai sumber pemanasan global adalah sebuah pernyataan yang sangat keliru dan sama sekali tidak ilmiah. Hampir semua bahasan tentang global warming menyatakan bahwa penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar adalah negara-negara besar yang notabenenya non muslim.
Sesungguhnya Islam adalah agama yang ramah lingkungan. Islam memerintahkan umatnya untuk menjaga lingkungan dan melarang perusakan lingkungan. Bahkan menebang pohon tanpa alasan yang benar pun dilarang oleh Rasulullah. Rasulullah bersabda: "Barangsiapa menebang pepohonan (tanpa alasan yang benar) maka Allah akan mencelupkan kepalanya ke dalam neraka."
Wallahu A'lam Bisshawab.
Fatimah Azzahra Alattas, SE (*)