JAKARTA, (NU Online) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta menginformasikan bahwa ada sebanyak 16 kecamatan se-Jakarta berpotensi mengalami bencana tanah longsor.
Kecamatan yang berpotensi tanah longsor itu terletak di Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Jakarta Timur. Di antaranya Menteng, Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan, Cakung, Duren Sawit, Jatinegara, Kramat Jati, Matraman, Pasar Rebo, dan Pulo Gadung.
BPBD menjelaskan bahwa informasi tersebut dibuat dengan merujuk pada kombinasi peta kerentanan gerakan tanah dan prakiraan curah hujan bulanan, yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
BPBD menjelaskan bahwa informasi tersebut dibuat dengan merujuk pada kombinasi peta kerentanan gerakan tanah dan prakiraan curah hujan bulanan, yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Cara kurangi dampak bencana tanah longsor
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H. Maskut Candranegara mengungkapkan sejumlah upaya mitigasi atau cara untuk mengurangi dampak bencana dari tanah longsor. Cara atau upaya itu melibatkan langkah-langkah sebelum, selama, dan setelah bencana.
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H. Maskut Candranegara mengungkapkan sejumlah upaya mitigasi atau cara untuk mengurangi dampak bencana dari tanah longsor. Cara atau upaya itu melibatkan langkah-langkah sebelum, selama, dan setelah bencana.
"Pertama, mitigasi sebelum bencana antara lain. Melakukan pemetaan daerah tempat tinggal masing-masing," ujarnya pada NU Online, Kamis (11/1/2024).
Kedua, mempelajari tanda-tanda longsor, terutama ketika hujan lebat terjadi secara terus-menerus yang dapat ditandai oleh munculnya rembesan dan retakan pada daerah berlereng, serta perubahan warna air sungai menjadi keruh.
Kedua, mempelajari tanda-tanda longsor, terutama ketika hujan lebat terjadi secara terus-menerus yang dapat ditandai oleh munculnya rembesan dan retakan pada daerah berlereng, serta perubahan warna air sungai menjadi keruh.
Ketiga, memberi tahu warga sekitar bila terdapat kemungkinan terjadi longsor. Apabila tanda-tanda longsor sudah mulai terlihat, maka segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Kemudian mitigasi saat bencana.
Kemudian mitigasi saat bencana.
Maskut menyarankan warga untuk tidak panik dan tetap tenang saat bencana, karena kepanikan dapat menghambat kemampuan untuk bertindak dengan tepat. Disarankan juga untuk segera meninggalkan rumah apabila terjadi longsor di sekitar kita.
"Jika masih dimungkinkan dapat membantu keluarga dan orang lain yang mengalami situasi sulit akibat longsor, maka lakukanlah sebisanya," jelas Maskut.
Kemudian langkah mitigasi saat bencana lainnya adalah menghubungi petugas setempat untuk memberikan bantuan dan pertolongan. Maskut menyarankan warga untuk terus memantau informasi dan tidak kembali ke rumah jika kondisinya belum aman.
Lebih lanjut, Maskut mengimbau warga agar menjauhi kawasan yang terkena dampak longsor dan tetap bertahan di tempat yang aman sebagai langkah mitigasi sesudah bencana. Ia menyarankan warga untuk memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan, sambil tetap memperhatikan keselamatan diri sendiri.
"Ikuti terus perkembangan informasi sambil memastikan sudah berada ditempat yang aman, kembali ke rumah jika kondisi tempat tinggal sudah dinyatakan aman, ikuti perintah relokasi bila diputuskan pihak yang berwenang," pungkasnya.
Sumber website NU Online
Sumber website NU Online