Sejarah Thawaf Dalam Rukun Haji dan Umroh

Thawaf Haji 2023

Thawaf memiliki arti mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran. Thawaf adalah amalan yang wajib dilakukan dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Setiap putaran ini disebut ‘Syauth’.

Tawaf menjadi salah satu rukun haji dan umrah, sehingga apabila seorang jamaah haji tidak melaksanakan thawaf, maka haji dan umrahnya menjadi tidak sah.

Menurut sejarahnya, perintah thawaf pertama kali datang ketika Nabi Adam AS diturunkan ke bumi oleh Allah SWT. Kala itu Allah memerintahkan Nabi Adam untuk menuju sebuah daerah di Bakkah, tempat dibangunnya rumah yang serupa dengan Baitul Makmur. 

Baitu Makmur sendiri merupakan tempat di bawah Arsy yang diciptakan Allah agar para malaikat mengelilinginya. Ini terjadi setelah para malaikat meragukan keputusan Allah yang hendak menciptakan manusia dan menjadikannya khilafah di bumi. 

Lalu diperintahkanlah malaikat untuk membuat rumah serupa Baitul Makmur di bumi.

Pada perjalanan Nabi Adam yang telah sampai di Bakkah kemudian melakukan thawaf bersama para malaikat. Sesampainya di Multazam, Malaikat Jibril berkata kepada Nabi Adam agar mengakui dosanya dan meminta ampun kepada Allah. Maka dengan rahmat-Nya, Allah kemudian mengampuni Nabi Adam.

Ketika di zaman Nabi Ibrahim, beliau dan Nabi Ismail mendapat perintah dari Allah SWT untuk berhaji. Tata cara beribadah haji diajarkan oleh malaikat Jibril. Malaikat Jibril kemudian melakukan thawaf bersama Nabi Ibrahim dan Ismail selama satu minggu. 

Setelah Nabi Ibrahim kembali dari melaksanakan haji, Allah kemudian memerintahkan seluruh manusia untuk berhaji sekaligus meminta Nabi Ibrahim membangun Ka’bah yang sebelumnya masih berupa bongkahan-bongkahan batu.

Tata cara pelaksanaan haji kemudian disempurnakan di zaman Rasulullah SAW. Setelah kaum muslimin berhasil merebut Mekkah dan menghancurkan berhala di Ka’bah, kaum muslim saat itu melakukan thawaf sebanyak 7 kali sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan menaklukan Mekkah.

Thawaf tidak semata-mata sebagai ritul tanpa arti. Tujuan mengelilingi Ka’bah adalah meresapi tujuan hidup manusia, yakni mendekatkan diri kepada Allah. Gerakan berjalan mengelelilingi Ka’bah pada thawaf memberi pesan sebagai gerakan berputar pada poros bumi. 

7 kali putaran mengelilingi Ka’bah, memiliki arti sebagai jumlah hari yang dijalani oleh umat manusia dalam setiap minggu, yang artinya menandakan kepatuhan dan ketawakallan makhluk terhadap perintah Allah setiap harinya.

Thawaf memberikan pengertian tentang hakikat keberadaan Allah dan manusia sebagai makhluk-Nya, Inti perputaran dan pernyataan thawaf dapat diartikan sebagai tindakan meniru perilaku alam semesta yang senantiasa ‘berdzikir’ kepada Allah SWT.  

Thawaf sendiri tidak hanya dilakukan oleh manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah Swt, tetapi thawaf dilakukan juga oleh makhluk Allah lainnya, di antaranya adalah malaikat. Malaikat ber-thawaf mengelilingi Arsy tanpa mengenal lelah.

Di dalam sebagian riwayat diterangkan bahwa alasan 7 kali putaran thawaf merepresentasikan 7.000 tahun taubat dan ibadah para Malaikat dalam peristiwa penciptaan Nabi Adam as. Setiap putaran sama dengan 1.000 tahun.

Dalam dimensi horizontal, manusia diminta untuk senantiasa hidup dengan penuh keteraturan seperti keteraturan pada gerak benda-benda luar angkasa.  Seluruh alam ini ikut berputar membentuk sudut 360 derajat. Begitu juga ketika bumi mengelilingi matahari pun membentuk 360 derajat.

Demikian pula halnya planet-planet di angkasa mereka dalam porosnya masing-masing berputar dalam lingkaran galaksi. Dan arah putaran planet-planet pun sama dengan perputaran arah thawaf, yakni berlawanan dengan arah jarum jam. 

Ini juga yang menyebabkan orang yang berthawaf tidak cepat lelah karena seirama dengan arah putaran bumi.

Adapun putaran thawaf yang berlawanan dengan arah jarum jam mengandung hikmah menapaki dan merenungkan waktu yang telah kita lalui, apakah waktu tersebut telah diisi dengan hal positif atau negatif. 

Dikutip dari website gpriority.go.id