LPBI NU Minta Pemerintah Serius Mitigasi Bencana Banjir di Sejumlah Kota di Jateng


JAKARTA - Cuaca ekstrem dan hujan deras yang melanda di Indonesia membuat sebagian wilayah Indonesia terendam banjir.

Di Provinsi Jawa Tengah, tercatat sejumlah kota diterpa bencana banjir seperti Tegal, Pekalongan, Pemalang, Kudus, dan Semarang.

Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencara dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul ulama (LPBI PBNU), Maskut Candranegara, mengatakan Pemerintah Daerah perlu menyeriusi penyusunan peta rawan banjir dan longsor secara reguler. Pemerintah juga perlu menyiapkan strategi adaptasi komprehensif yang sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing.

"Pengembangan sistem peringatan dini banjir, dalam hal ini Pemerintah Daerah dapat memberikan peringatan dini kepada penduduk sekitar lebih cepat dari sebelumnya untuk mencegah banyaknya korban jiwa," terang Maskut kepada NU Online, Jumat (6/1/2023). 

Maskut mengatakan, upaya mitigasi pascabencana banjir di sejumlah wilayah terdampak di Jawa Tengah telah dilakukan LPBI NU.

"LPBI NU Jawa Tengah sudah melakukan langkah-langkah konkret terkait penanganan korban berupa pertolongan evakuasi ke pengungsian dan membuatkan tenda-tenda darurat hunian sementara, serta pengiriman logistik kebutuhan pokok makanan dan pakaian layak pakai serta selimut," jabar Maskut.

Kendati respons tanggap bencana dilakukan dengan sigap, Maskut mengatakan bahwa mitigasi prabencana mengingat banjir langganan tahunan tersebut harusnya mendapat perhatian pemerintah daerah dan pusat.

Maskut menambahkan, musim hujan diperkirakan masih akan terjadi hingga bulan Februari nanti. Adapun puncak musim hujan, lanjut dia, bakal terjadi pada bulan Januari 2023.  "Jadi diimbau masyarakat harus tetap waspada," ujarnya.

Maskut menjelaskan, faktor penyebab banjir sangat beragam mulai dari faktor alam hingga faktor manusia. 

"Banjir dapat disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi dan kondisi sungai di beberapa tempat yang mulai dangkal di wilayah tersebut," ujar dia.

Selain itu, ia menyebut banjir dapat disebabkan faktor geografis wilayah tertentu, misalnya cekungan atau daerah yang rendah seperti rawa-rawa. 

"Akibatnya, air sulit keluar dan menggenangi wilayah tersebut," tuturnya.

Selain itu, banjir bisa juga disebabkan karena curah hujan yang sangat tinggi karena faktor iklim atau kerusakan lingkungan seperti penebangan hutan secara liar yang membuat tanah di sekitar suatu daerah tidak dapat menyerap air dengan baik sehingga menyebabkan banjir.

"Bila dirinci terjadinya banjir meliputi antara lain disebabkan, hujan lebat, sungai yang meluap, cekungan drainase perkotaan, gelombang badai dan tsunami, penggundulan hutan, perubahan iklim, pembuang sampah sembarangan, dan pemakaian air tanah berlebihan," tutupnya.

Dikutip dari situs NU Online