KH Idham Chalid lahir pada tanggal 27 Agustus 1922 di Setui, Kotabaru, Kalimantan Selatan, dan merupakan anak sulung dari lima bersaudara.
Pada masa Perang Kemerdekaan, KH. Idham Chalid berjuang di Kalimantan Selatan, Beliu bergabung dengan badan perjuangan Serikat Muslim Indonesia (Sermi), kemudian dengan Sentral Organisasi Pemberontak Indonesia Kalimantan (SOPIK), bersama dengan Komandan Divisi IV ALRI, Letnan Kolonel Hassan Basri, Beliu mendirikan Fonds Nasional Indonesia Kalimantan, beliupun ikut bergerilya bersama anggota divisi IV ALRI, bahkan diangkat sebagai penasihat.
Pada tahun 1940, Idham menjadi guru di Madrasah Pondok Modern Gontor, bekas almamaternya, setelah kembali ke daerah kelahirannya di Kalimantan Selatan pada tahun 1944, Beliu memimpin Normal Islam School.
Beliu juga menghimpun sejumlah pesantren dengan mendirikan Ittihad Al Ma’ahid Al Islamiyyah, kegiatan di dunia pendidikan masih dilanjutkan KH. Idham Chalid ketika Beliu sudah menjadi pimpinan NU.
Pada tahun 1956 Beliu mendirikan perguruan Islam Darul Ma’arif di Jakarta dan pada tahun 1960 mendirikan Pendidikan Yatim Darul Qur’an di Cisarua, Bogor.
Saat berusia 34 tahun Beliu memimpin NU pada tahun 1956 sampai tahun 1984. Selama masa kepemimpinannya 28 tahun adalah sebuah catatan dan prestasi yang fenomenal baik pada masa tersebut maupun masa kini.
Peraih gelar Doktor Honoris Causa dari Al-Azhar University Kairo, Mesir ini yang mampu berperan ganda dalam satu situasi, yakni sebagai ulama dan politisi, wafat pada 11 Juli 2010. Beliu dimakamkan di Pesantren Darul Quran, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
KH Idham Chalid diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia, bersama dengan 6 tokoh lain, berdasarkan Keppres Nomor 113/TK/ Tahun 2011 tanggal 7 November 2011.
Beliu merupakan putera Banjar ketiga yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional setelah Pangeran Antasari dan Hasan Basry.
Dikutip dari Fb NU Teluk Pucung Bekasi