Terjemah Kitab Mukasyafah Al-Qulub. BAB 19 Kekhusyu'an dalam Shalat

 

 Terjemah Kitab 

Mukasyafah Al-Qulub

Al-Muqarrib Ila Hadrah ‘Allam Al-Ghuyub Fi‘Al-Tashawwuf

Al-Hujjah Al-Islam Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali

BAB 19

Kekhusyu'an dalam Shalat

 


Ada hadits yang menerangkan bahwa suatu hari malaikat jbril datang kepada Nabi SAW, ia berkata:

Wahai Muhammad, aku melihat seorang malaikat berada di singgasana langit, dimana disekitarnya ada 70.000 malaikat melayani. Setiap hembus nafasnya, Allah menjadikan 1 malaikat, dan sekarang aku melihat malaikat-malaikat itu berada di gunung Qof dengan keadaan sayapnya patah dan menangis. ketika melihat aku, dia berkata:

"Apakah engkau mau menolongku".

Kataku:

"Apa salahmu".

Ia menjawab:

"Ketika berada diatas singgasana pada malam mi'raj Nabi Muhammad SAW, aku tidak berdiri menyambutnya, lalu Allah menghukumku seperti ini dan menempatkan aku sebagaimana kau lihat".

Jibril berkata:

Aku pun merendahkan diri kepada Allah dan memberikan pertolongan untuknya, maka Allah berfirman:

"Hai Jibril, katakanlah padanya agar membaca shalawat kepada Muhammad".

Maka malaikat itupun membaca shalawat kepadamu Muhammad, Allah pun mengampuninya dan menumbuhkan kedua sayapnya.

 

(Ketahuilah) ada riwayat:

"Pertama kali amal seseorang yang dilihat besok hari kiamat ialah shalatnya. Bila shalatnya sempurna, amal shalat diterima sekaligus seluruh amal yang lain".

Sabda Nabi SAW:

"Ibaratnya shalat 5 waktu seperti timbangan. Barangsiapa yang memenuhi shalatnya, dipenuhi pula timbangannya".

 

Kata Yazid Aroqosyi:

"Shalatnya Rasulullah SAW laksana sedang ditimbang".

Sabda Nabi SAW:

"Sesungguhnya ada 2 lelaki dari umatku mengerjakan shalat, ruku', sujud selalu sama. Namun sungguh keduanya memiliki perbedaan jarak yang amat jauh antara langit dan bumi dan beliau SAW mengisyarahkan (perbedaan itu) dari khusuknya".

Sabda Nabi SAW:

"Pada hari kiamat Allah tidak memandang hamba yang tidak menegakkan tulang punggungnya antara ruku' dan sujudnya".

Sabda Nabi SAW:

"Barangsiapa yang shalat tepat pada waktunya, menyempurnakan wudhu-nya, ruku'nya, sujudnya dan khusuknya, maka shalatnya diangkat ke langit dalam keadaan cemerlang. Shat itu berkata:

"Semoga Allah memeliharamu sebagaimana engkau memelihara aku".

Barangsiapa yang shalat tidak tepat waktu, tidak menyempurnakan wudhu'nya, ruku'nya, dan khusuknya, maka shalatnya diangkat ke langit dalam keadaan hitam. Shalat itu berkata:

"Semoga Allah menyia-nyiakanmu sebagaimana engkau menyia-nyiakan aku, sebagaimana Allah menghendaki usang sebagaimana usangnya yang dilipat dan dipukulkan ke wajahnya".

Sabda Nabi SAW:

"Jelek-jeleknya manusia adalah pencuri yang mencuri shalatnya (tidak khusuk)".

 

Kata Ibnu Mas'ud RA:

"Shalat ibaratnya timbangan, barangsiapa yang memenuhinya akan dipenuhi timbangannya. Dan barangsiapa yang mencurangi, maka dia akan mengetahui apa yang difirmankan Allah SWT:

"Celakalah bagi orang-orang yang curang. (QS.83 Muthoffifin:1)"

Sebagian ulama berkata:

"Perumpamaan orang sholat seperti pedagang. Dia tidak akan memperoleh laba kalau tidak ikhlas ketika mengeluarkan modal. Demikian juga sholat sunnah, tidak akan diterima sampai ia mengerjakan sholat fardhu".

Abu Bakar RA berkata:

"Ketika waktu sholat datang, sama dengan berdiri menghadapi api Tuhanmu yang kau nyalakan, kemudian padam".

Nabi SAW bersabda:

"Sesungguhnya sholat menjadikan ketenangan dan ketawadhu'an".

Sabda Nabi SAW:

"Barangsiapa sholatnya tidak mampu memcegah perbuatan keji dan munkar, maka Allah tidak akan menambahkan kecuali semakin jauh".

Dan sholatnya orang tidak khusuk tidak akan mampu mencegah perbuatan keji dan munkar. Nabi SAW bersabda:

"Banyak sekali orang beribadah tengah malam, namun tidak memperoleh apa-apa kecuali hanya kelelahan dan kepayahan".

Maksud sabda beliau SAW adalah yang lupa atau tidak khusuk.

Nabi SAW bersabda:

"Sholatnya seorang hamba tidak akan diterima kecuali apa yang diangan-angankan saja".

Ahli ma'rifat berkata:

"Syarat sholat ada 4:

Menunaikan dengan dasar ilmu.

Berdiri dengan malu.

Ditunaikan disertai sikap mengagungkan, dan

Keluar dari sholat membawa rasa takut.

Sebagian masyayikh berkata:

"Barangsiapa yang tidak menekadkan hatinya dengan sungguh-sungguh, sholatnya bisa rusak".

Nabi SAW bersabda:

"Dalam surga ada sungai yang disebut Al Afyah, disana ada para bidadari yang diciptakan Allah dari za'faron. Mereka bermain dengan mutiara dan ya'qut sambil bertasbih kepada Allah dengan 70.000 bahasa, dan suara mereka lebih merdu dari suara Nabi Daud AS. Dan mereka berkata:

"Kami diciptakan untuk orang-orang yang mengerjakan shalat dengan khusuk dan rendah hati".

Kemudian Allah SWT berfirman:

"AKU akan menenangkan dalam rumah-KU dan menjadikan mereka dari golongan yang mengunjungi-KU".

 

Diriwayatkan:

Sesungguhnya Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa AS.

katakanlah kepada umatmu yang durhaka:

"Janganlah kalian mengingat AKU. Sesungguhnya AKU mengikuti bagaimana ingatanmu kepada-KU, maka dzikirlah kepada-KU sampai anggota badanmu bergetar. Ciptakan kekhusukan dan ketenangan dalam dzikirmu kepada-KU. Ketika engkau dzikir, letakkan lidahmu dibelakang hatimu, dan bila engkau berdiri menghadap-KU, maka berdirilah seperti berdirinya hamba yang hina dan berbisiklah dengan hati yang takut dan lisan yang benar".

 

 



Demikian ini buat orang maksiat yang selalu lalai dalam dzikirnya. Lalu bagaimana lagi kalau maksiat dan lalai bersatu!

Kata sebagian para sahabat:

"Manusia kelak dihari kiamat dikumpulkan sesuai keadaan mereka ketika shalat, maksudnya dari kekhusukan, rasa tenang, dan rasa nikmat dan nyaman".

Nabi SAW pernah melihat seorang lelaki shalat sambil mempermainkan jenggotnya, lantas Nabi SAW bersabda:

"Andaikan hati orang ini khusuk, khusuk pula anggota badannya".

Nabi SAW bersabda:

"Barangsiapa yang shalatnya tidak khusuk, shalatnya akan dikembalikan".

Ketahuilah bahwa Allah memuji orang-orang khusuk dan rendah hati dalam sholat. Firman-Nya:

"Shalat mereka yang khusuk. (QS.23;2)"

"Kepada mereka yang memelihara shalatnya. (QS.6;92)"

"Kepada mereka yang melanggengkan shalatnya. (QS.70;23)".

 

Dikatakan:

Sesungguhnya orang yang mengerjakan shalat itu banyak, namun hanya sedikit mereka yang khusuk. Orang haji itu banyak, namun hanya sedikit yang mabrur. Orang pandai itu banyak, tapi yang mau mempraktekkan hanya sedikit. Shalat itu tempatnya buat rendah diri, tawadhu', dan khusuk. Dan ini merupakan tanda-tanda shalatnya diterima. Sesungguhnya bolehnya syarat dan diterimanya syarat; maka syarat untuk menjadi boleh adalah mengerjakan kefardhuan dan syaratnya diterima adalah dengan khusuk".

Allah SWT berfirman:

"Sungguh beruntung orang-orang mukmin, yakni mereka yang khusuk dalam sholatnya. (QS.23 Al Mukminuun;1-2)".

 

Masalah taqwa, firmannya:

"Allah hanya menerima tobatnya orang-orang yang bertaqwa. (QS.5;27)".

Nabi SAW bersabda:

"Barangsiapa yang shalat 2 raka'at dengan menghadapkan hati dan badannya kepada Allah, maka keluarlah dosa-dosanya sebagaimana (bersihnya) hari dimana ia dilahirkan oleh ibunya".

Ketahuilah:

Sesungguhnya tidak akan membuat orang lalai dalam sholatnya kecuali hal-hal yang melintas dihati. Jadi tidak ada jalan lain kecuali harus menghindarinya. Dan cara menghindari misalnya, mengerjakan shalat di tempat gelap, tempat sunyi dari hal-hal yang mengganggu, misalnya suara atau sajadah yang batik. Juga jauhi pakaian-pakaian berhias yang bisa menyebabkan lalai dalam shalat ketika memandangnya.

 

Ada riwayat:

Ketika Nabi SAW memakai "Khomishoh" (jubah) hadiah dari Abu Jahm.

Pakaian tersebut ada tanda yang menyolok, Nabi SAW memakainya ketika shalat, lalu melepaskan, beliau SAW bersabda:

"Kembalikan baju ini kepada Abu Jahm, warna pakaian ini sempat membuat aku lalai".

Nabi SAW memerintah mengganti tali sandalnya yang baru. Namun ketika shalat beliau SAW melihat tali yang baru itu. Kemudian beliau SAW memerintah lagi melepas tali yang baru dan mengembalikan tali yang lama.

Di jari Nabi SAW ada cincin emas sebelum memakai emas diharamkan bagi lelaki. Saat itu beliau SAW ada di mimbar, langsung melepasnya dan dilempar, lalu bersabda:

"Cincin ini telah menyibukkanku memandanginya, juga memandangi kalian".

 

Ada seorang lelaki shalat di perkebunan kurma yang tengah berbuah amat indah.

Dia memandangi dan merasa takjub, sampai akhirnya tidak tahu sudah berapa raka'at ia shalat. Kisah ini ia ceritakan kepada Utsman RA, sambil berkata:

"Kebun ini aku sedekahkan, buatlah untuk kepentingan dijalan Allah".

Kemudian kebun tersebut dijual Utsman RA seharga 50.000 dinar.

MMMM

 

Sebagian ulama salaf berkata:

"Ada 4 hal penyimpangan dalam shalat;

Menoleh.

Mengusap wajah.

Meratakan batu atau kerikil, dan

Engkau shalat dijalan, dimana orang berjalan didepanmu.

Sabda Nabi SAW:

"Sesungguhnya Allah 'Azza Wa Jalla memandang shalatnya orang, selama ia tidak menoleh".

Abu Bakar RA shalatnya tak ubahnya tonggak.

Sebagian ulama ruku'nya amat tenang sampai burung pipit hinggap padanya laksana barang tak bernyawa. Semua ini disebabkan muncul dari tabiat normal berhadapan dengan yang Di-Agungkan, apalagi terhadap Tuhan Raja Diraja!

Ada dalam Kitab Taurat:

Hai anak cucu Adam, kalian jangan merasa lemah berdiri dihadapan-KU shalat dengan menangis. AKU adalah Allah, Dzat yang dekat dengan hatimu, dan dalam kegelapan engkau bisa melihat Nur-KU".

 

Diriwayatkan:

Sesungguhnya Umar bin Khattab RA bicara diatas mimbar:

Ada lelaki yang sampai jambangnya beruban, namun tidak pernah menyempurnakan shalatnya dihadapan Allah"

Ada yang bertanya:

"Bagaimana bisa terjadi".

Umar RA menjawab:

"Ia tidak menyempurnakan secara khusuk, tawadhu dalam hal bersikap terhadap Allah SWT".

 

Abul Aliyah ditanya mengenai firman Allah:

"Mereka orang-orang yang melupakan sholatnya. (QS.Al Ma'un;5)"

Dia berkata:

"Maksudnya orang yang lupa shalatnya ialah tidak tahu sampai dimana raka'at shalatnya, genap atau ganjil".

Menurut Hasan RA:

"Maksud orang lupa dari shalatnya ialah lupa akan waktu shalat sampai waktunya habis".

Nabi SAW bersabda menyampaikan hadits Qudsi (firman-Nya):

"Hamba-KU tidak akan selamat dari siksa-KU, kecuali menunaikan kewajiban yang sudah AKU wajibkan buat mereka".

 

RENUNGAN TENTANG SHALAT KHUSYUK

 

Mendirikan shalat dengan khusyuk memang sangat sukar sekali. Meskipun sudah berniat dengan sungguh-sungguh dan tekad yang kuat, tetap saja kadang tak cukup. Sebab, rasa khusyuk itu merupakan anugerah Allah. Maka, kita harus memohon kepada-Nya agar Dia menganugerahkan nikmat tersebut.

Untungnya, shalat itu merupakan kewajiban yang telah ditetapkan waktunya dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW, serta harus diamalkan berulang-ulang dan berulang-ulang setiap hari, sehingga manusia secara zahir dan batin merekam getar jiwa, gerak ritmis, dan penghayatan makna bacaan, gerak dan doa dalam shalat. Jika tidak dilakukan secara istiqamah nyaris tak mempunyai dampak fisik, psikis, apalagi sosial.

Sepanjang kita telah melaksanakan syarat, rukun dan sunah-sunah dalam shalat, serta telah diamalkan dengan mendarah daging, maka tak perlu lagi mempertanyakan shalat kita khusyuk atau tidak. Sebab, kadang-kadang kita hanya memperdebatkan masalah definisi. Padahal, pada tingkat tertentu, kekhusyukkan dalam shalat adalah masalah "rasaning rasa."

Rasulullah SAW sendiri pernah terganggu shalatnya karena tirai milik Aisyah yang menutup samping rumahnya. Hingga Rasul berkata, "Singkirkanlah tiraimu itu dari rumah kita, karena sungguh gambar-gambarnya mengganggu terus menerus dalam shalatku." (HR Bukhari)

Beberapa hadis lain pun merekam peristiwa serupa. Seperti kisah tentang anbijaniyah (kain wol yang dihadiahkan oleh Abu Jahm untuk Nabi). Rusul pernah bersabda tentang hal itu, "(Kain) itu telah melalaikanku dari shalat." ( HR Bukhari dan Muslim)

Dari hadis tersebut, Rasulullah SAW sebenarnya sedang memberi pelajaran kepada kita bahwa shalat khusyuk itu harus diperjuangkan, disiapkan dan dipelajari. Sebab, shalat adalah saat kita menghadap kepada Allah SWT. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT menghadap ke arah orang yang sedang shalat selama dia tidak berpaling."

 

Dalam kitab Mukasyafatul Qulub, Imam Al-Ghazali pernah mengisahkan kekhusyukan Sayyidina Abu Bakar r.a.

Shalat beliau tak ubahnya seperti patung yang sedang berdiri. Beliau begitu tenang dalam rukuknya, sehingga ketika burung pipit hinggap padanya, maka burung itu akan menduga bahwa itu sebuah batu.

Shalat seperti itu, menurut Imam Al-Ghazali harus bisa diusahakan. Sebab, secara alamiah, bukankah manusia akan berusaha untuk khusuyuk, fokus, khidmat, dan penuh pengabdian ketika sedang menghadap seorang raja? Namun, mengapa kita tidak lakukan dengan sungguh-sungguh ketika kita menghadap Sang Raja segala raja, Pencipta dan Penguasa alam semesta?

Menurut Imam Al-Ghazali, dalam kitab Taurat tertulis kalimat: "Wahai anak cucu Adam! Janganlah engkau berdalih tidak mampu untuk berdiri di hadapan-Ku sebagai orang yang sembahyang dengan menangis, karena Aku adalah Allah yang lebih dekat daripada hatimu dan dengan keghaiban engkau melihat cahaya-Ku."

 

Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali juga pernah mengajarkan kita 6 teknik shalat khusyuk.

 

Pertama, hudhurul-qalb, yakni menghadirkan kalbu kita saat melakukan shalat, merasakan kehadiran Allah dalam shalat kita.

 

Kedua, at-tafahum, yakni memahami makna bacaan dan makna gerakan dalam shalat.

 

Ketiga, At-Ta'zhim, yakni merasakan dan mengagungkan kebesaran Allah SWT.

 

Keempat, Al-Haibah, yakni merasa takut dengan penuh penghormatan kepada Allah.

 

Kelima, Ar-Raja', yakni menaruh harapan besar terhadap Allah atas rahmat dan ampunan-Nya.

 

Keenam, Al-Haya', yakni merasa malu di hadapan Allah karena khilaf dan dosa yang pernah kita perbuat.

 

Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Semoga Allah selalu membimbing jiwa kita kepada jalan-Nya. Dan,.semoga Allah menganugerahkan kita kenikmatan untuk selalu dekat dengan-Nya serta khusyuk menjalankan shalat untuk menghadap-Nya. Semoga kita tidak termasuk orang-orang celaka karena lalai dalam shalatnya, seperti yang pernah diingatkan Allah dalam QS Al-Ma'un.

Mari berusaha untuk selalu istiqamah, sebab istiqamah melakukan shalat memerlukan perjuangan dan keteguhan niat. Dari mulai niat wudhu, membasuh telapak tangan, dan menyempurnakan seluruh syarat, rukun dan sunah wudhu, sebenarnya kita telah diajak untuk bersiap-siap jiwa dan raga untuk menghadap Allah.

Mari bersama-sama memahami makna ihsan, bahwa "Menyembah (beribadah) kepada Allah itu seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau tak melihat-Nya, maka yakinlah bahwa sesunggunya Dia melihatmu." (HR Muslim)

 

KEMBALI KE AWAL (Daftar isi)