Oleh : Hasparu, Lurah Kalibata
Suatu saat perjalanan organisasi anak keturunan Transmigran dapat dinarasikan sebagai berikut:
Sebagian warga transmigran baik era kolonisasi, koeli kontrak, pasca kemerdekaan, repatrian, dan lainnya ada yang berhasil dan mulia hidupnya, ada juga yang sengsara. Bagi yang belum berhasil, ada upaya memperjuangkan hak dan nasibnya secara perorangan. Walau belum berhasil. Saat itu lingkup pergaulan masih terbatas. Sesama anak keturunan Transmigran belum banyak saling mengenal.
Datang era generasi anak Transmigran yang berpendidikan. Diantara mereka mulai menyadari pentingnya ada persatuan antar keturunan Transmigran seluruh Indonesia. Tujuannya memperjuangkan nasib dan hak-hak warga trans.
Masuknya teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi mendorong komunikasi diantara sesama anak Transmigran antar kota, daerah, dan bahkan lintas negara. Masing-masing mengungkapkan keinginan yang sama, ingin punya organisasi secara Nasional.
Perjuangan panjang untuk merintis berdirinya wadah organisasi anak keturunan Transmigran secara Nasional. Pemahaman pentingnya bersatu sesama anak Transmigran belum bulat dan merata. Sehingga secara nyata keinginan itu belum bisa diwujudkan.
Momentum berdirinya organisasi anak keturunan Transmigran secara Nasional. Adanya dukungan pemerintah kian menguatkan semangat dan euforia. Pembentukan organisasi terjadi secara meluas di seluruh provinsi tujuan transmigrasi. Hampir setiap Kantor Dinas Nakertrans Provinsi disediakan ruang Sekretariat.
Upaya terus membangun kesadaran menguatkan jiwa korsa. Walaupun hasilnya belum merata. Ditandai dengan: mereka yang sudah sukses secara ekonomi bangga dengan diri sendiri, dan belum/tidak merasa sebagai bagian dari organisasi. Masih banyak anak keturunan Transmigran yang belum mau bergabung.
Berbagai dalih, diantaranya: ingin menutupi jejak dan riwayat sebagai anak Transmigran, tidak ingin disebut sebagai keturunan warga marginal, merasa nyaman dan hilang kepedulian sosial, tak ingin mengingat pengalaman pahitnya hidup dimasa lalu, problem yang dihadapi Transmigran bukan tanggung-jawabnya, dan lain sebagainya.
Organisasi anak keturunan Transmigran mulai berkembang. Tetapi persatuan belum terbentuk secara kuat. Ciri-ciri simbol organisasi di lapangan tidak tampak. Perbicangan Organisasi masih sekedar wacana di dunia maya.
Secara politik kekuatan nyata di tingkat lapangan masih rendah. Loyalitas belum terbentuk optimal. Saling bersaing secara kurang sehat. Kepentingan partai masih mendominasi daripada memperjuangkan organisasi. Warganya masih mudah dipecah belah dengan uang serangan fajar. Jumlah perwakilan politik masih sangat rendah.
(Bersambung.....)