Maskut CN Bersama Wapres KH Ma'ruf Amin
Disalin dari Kompasiana, yang ditulis oleh : A. Damanhuri, Wartawan Singgalang, Anggota PWI (14/5/2020)
Berawal ketika saya mengikuti Pendidikan Kader Lanjutan (PKL) Gerakan Pemuda Ansor se-Sumatera pada 2003 lalu, di Lampung Timur, Provinsi Lampung. Di samping PKL, panitia pelaksana dalam hal itu Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Lampung, juga mengadakan seminar sehari di gedung DPRD Lampung Timur, dengan pembicara Dr. Arbi Sanit, pengamat politik Universitas Indonesia. Itulah pertama kali saya melihat Sahabat Maskut Candranegara, hadir sebagai panitia nasional, lantaran kegiatan itu juga sebagai pilot projec Ansor untuk wilayah Sumatera.
Di samping Maskut Candranegara, juga ada Sahabat H. Tatang Hidayat dan Sahabat Ahmad Zuhdi Muhdlar, dari Pimpinan Pusat Ansor, yang ikut memberikan materi tentang ke-Ansor-an dan ke-Banser-an. Namun, Maskut di lokasi kegiatan sejak dari awal hingga berakhirnya kegiatan dimaksud. Dari Sumbar ada tiga Pimpinan Cabang Ansor yang ikut. Saya mewakili Kabupaten Pesisir Selatan, Afredison dari Kabupaten Padang Pariaman, yang kapasitasnya saat itu sebagai Wakil Sekretaris PC GP Ansor Padang Pariaman, dan sahabat Zulhardi Z Latif, sebagai Ketua PC GP Ansor Kota Padang.
Padahal undangan untuk peserta yang datang saat itu adalah seluruh PC yang ada di Sumbar. Namun yang hadir hanya tiga PC tersebut.
Padahal saya berasal dari Kabupaten Padang Pariaman. Lantaran undangannya hanya satu orang setiap PC, maka atas nama Kabupaten Pesisir Selatan saya harus ikut. Itu tekat tatkala melihat undangan PKL tersebut. Apapun resikonya, saya harus mengikuti kegiatan berskala regional dimaksud. Itulah naluri aktivis sekaligus wartawan yang terpatri dalam diri saya. Memang, dalam kepengurusan Ansor di Padang Pariaman dan Pesisir Selatan, nama saya belum tercantum sama sekali. Menjelang PKL itu berlangsung, saya telah diminta oleh sahabat Afredison untuk memimpin PAC Ansor Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, sebagai kecamatan tempat kelahiran saya. Sebab, pada tahun itu juga akan dilangsungkan Konfercab Ansor Padang Pariaman, sehubungan telah habisnya masa kepemimpinan sahabat Iswandi selaku Ketua PC Ansor Padang Pariaman kala itu.
Memang, sebagai peserta yang baru tahu dengan ranah Ansor, saya pun merasa was-was. Sepanjang perjalanan dari Pariaman ke Lampung bersama PO. Lubuk Basung Jaya, jurusan Pariaman-Jakarta, selama sehari semalam timbul terus pertanyaan dalam benak saya. Andaikan panitia minta penjelasan tentang Ansor di Pesisir Selatan nantinya, apa yang harus saya jawab. Sementara, saat itu saya belum mengenal daerah dimaksud. Ah, pusing amat, yang penting harus ikut PKL Ansor. Pertanyaan tersebut memang benar adanya, yang langsung Maskut Candranegara sendiri yang minta presentasi dari masing-masing PC, terhadap perkembangan Ansor di daerah peserta berasal. Satu persatu peserta diminta langsung oleh Sahabat Maskut untuk membeberkan kondisi terkini yang dialami Ansor di daerahnya. Tentang Ansor Kota Padang, telah dibeberkan oleh Sahabat Zulhardi Z Latif, yang kini dia menjabat sebagai Sekretaris PW GP Ansor Sumatera Barat. Sementara, Afredison juga menjelaskan tentang kondisi terkini Ansor di Kabupaten Padang Pariaman. Nah, ketika tiba giliran saya yang diminta oleh Maskut, lansung sejumlah peserta tertawa, lantaran saya membeberkan kehadiran saya yang sesungguhnya di arena PKL itu.
"Saya adalah anggota Ansor Padang Pariaman. Saya berangkat berdua dengan Afredison ke lokasi ini, atas izin Wakil Ketua PW GP Ansor Sumbar, Sahabat Armaidi Tanjung. Jadi saya tidak tahu banyak tentang Ansor di Pesisir Selatan, sebagai daerah yang saya wakili saat ini. Namun, bagi saya adalah ingin tahu tentang Ansor sesungguhnya. Bagi saya, ikut kali ini adalah langkah awal untuk masuk OKP yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) ini," kata saya menjelaskan, yang banyak diketawain peserta lainnya.
Bagi saya selama mengikuti PKL, ada sebuah kenangan tersendiri tentang Maskut Candranegara. Walaupun selama PKL, seorang Maskut banyak membaca tentang kevakuman Ansor di Sumbar, selama kepemimpinan Sahabat H. A. Khusnun Azis waktu itu. "Apa itu Ansor Sumbar. Tidak ada kegiatan sama sekali. Saya ada kegiatan di Padang, susah bangat untuk mencari kantor Ansor di Padang," kata Maskut saat itu. Memang sebuah kenyataan, apa yang disampaikan Maskut tersebut. Bagi saya, selaku peserta 'ilegal' saat itu hanya banyak terpana, apa yang disampaikan Maskut. Dalam hati saya, ada niat dan tujuan untuk ikut mendorong pertumbuhan OKP yang paling tua di likungan NU dimaksud, setelah banyak belajar selama seminggu dalam PKL. Walau demikian seorang Maskut dalam sesi PKL yang dia pimpin saat itu, ada juga lunaknya. Dia berani bercengkrama dengan seluruh peserta yang diinapkan di sebuah ruangan pondok pesantren di Lampung Timur. Dia melakukan ramah tamah hingga larut malam, bicara panjang lebar tentang Ansor masa depan di Indonesia, wabil khusus di Sumatera.
Maskut Candranegara yang lahir di Purwodadi Grobongan 1967 dari pasangan Almarhum Muhammad Joyo Radi dan Almarhumah Siti Pariyem ini, adalah orang yang tak pernah lelah ber-NU. Meskipun tak lagi aktif di struktur GP Ansor Pusat karena terpaut usia, dia tetap menyebarkan benih ke-NU-an di Lampung. Dan sejak beberapa tahun belakangan, suami Lelie Lediana Asnul ini memang banyak berada dan berkiprah di Lampung. Tinggal di Jl. Kepodang Gg. Khusus No 4 Kelurahan Gunung Agung, Kecamatan Langkapura, Kota Bandar Lampung. Sebagai orang yang pernah lama jadi aktivis, Sahabat Maskut ini termasuk orang yang terbuka, suka bergaul dengan banyak orang. Dia bisa dikontak lewat email; mascandra25@gmail.com.
Lampung bagi Sahabat Maskut sudah tidak asing lagi, meskipun lama tinggal dan berkiprah di ibukota negara dulunya. Dari kecil, dia memulai pendidikannya di SDN 1 Candra Kencana, Tulangbawang Tengah, Lampung Utara, lulus 1981. Kemudian dilanjutkan ke SMPN 1 Daya Murni, Tulangbawang Udik, Lampung Utara, lulus 1984. Dari SMP, dia tak ke SMA, tetapi lebih memilih Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Tri Bhakti At Taqwa Rama Puja, Raman Utara, Lampung Tengah, lulus 1987. Nah, tentu kalau selesai Aliyah, cocoknya ke perguruan tinggi agama. Sahabat Maskut bergabung ke IAIN Raden Intan, Fakultas Syariah, tapi tidak selesai. Lalu dia selesaikan S-1 di STIT Tangerang Raya, Jurusan PAI, dan lulus 2014. Haus akan ilmu pengetahuan, dia melanjutkan pendidikan S-2 di IAI An Nur Lampung, Prodi Manajemen Pendidikan Islam, dan Alhamdulillah lulus pada tahun 2020.
Pengalaman kerjanya segudang. Mulai dari Manager Unila Media Badan Pengelola Usaha (BPU) Universitas Lampung, tahun 2020, Direktur NU Care Lazisnu Provinsi Lampung, 2019 sampai sekarang, Kontributor Majalah Risalah PBNU di Lampung, 2019 sampai sekarang, Direktur CV Bintang Mandiri Corporation, 2018 sampai sekarang, Tenaga Ahli Ketua DPRD Provinsi Lampung, 2017, Auditor Halal LPPOM MUI Lampung, 2016-2017, Pemimpin Redaksi Media Online MUI Lampung.Org, 2016-2018, Tenaga Ahli Bupati Tulang Bawang Barat, 2015, Dosen FISIP Universitas Megow Pak Menggala Tulangbawang, 2015-2016, Guru SMP An Nur Mulyo Asri Tulangbawang Barat, 2015-2016.
Selanjutnya, Pimpinan PT Radio Gesit - G-FM 100,0 MHz, 2014, Manajer Operasional PT Sandi Cakra Optima (SCO), Sentul City, 2013, Pemimpin Redaksi Media Online Info Anda.Co, 2012-2014, Tenaga Ahli Anggota DPR RI F-PDI Perjuangan, 2011-2012, Kontributor Majalah SANTRI - RMI, 1995-1997, Guru MTs Al Hikmah Way Halim Bandar Lampung, 1994-1998, Staf TU MA Al Hikmah Way Halim Bandar Lampung, 1994-1998, Reporter Majalah Forum Santri BKPP Lampung, 1994, Guru MTs NU Bandar Lampung, 1991-1992, Wartawan magang Harian Umum Lampung Post, 1987.
Sedangkan pengalaman organisasi yang digeluti Sahabat Maskut, mulai dari Ketua DPP PATRI Wilayah Barat, 2019 - 2024, Wakil Sekretaris PWNU Lampung, 2018-2023, Sekretaris DPD PATRI Provinsi Lampung, 2017-2022, Sekretaris Komisi Infokom MUI Lampung, 2016-2021, Kepala Bidang Kesekretariatan LPPOM MUI Lampung, 2016-2017, Anggota Penasehat Dewan Kesenian Tulang Bawang Barat, 2015-2020, Anggota Penasehat Paguyuban Gajahmada, 2015-2020, Anggota Departemen Kebudayaan DPP PDI Perjuangan, 2010-2015, Ketua DPP Baitul Muslimin Indonesia, Bidang Remaja dan Pemuda, 2007-2012, Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian NU DKI Jakarta, 2010-2015.
Kemudian, Wakil Sekjen PP GP Ansor, 2000-2005 dan 2005- 2010, Anggota Departemen Penghubung Ulama dan Pesantren DPP PKB, 2002-2005, Wakil Ketua DPW PKB Lampung, 2001-2002, Wakil Bendahara DPW PKB Lampung, 1999-2001, Sekretaris PW GP Ansor Lampung, 1996-1999 dan 1999-2000, Ketua Yayasan Lembaga Produktifitas Masyarakat (YLPM), 1998-2000, Koordinator Departemen Kaderisasi PW GP Ansor Lampung, 1992-1996, Ketua Pembina Karang Taruna Desa Candra Kencana, 1988-1990, Ketua Rayon PMII Syariah, 1988-1989,
Pengalaman Maskut dalam menulis buku secara pribadi dan tim, di antaranya; “Taufik Kiemas Dimata Tokoh Islam” 2007, “Mereka Bicara Mega” 2009, “Jejak Langkah Cak Agus” – Wakil Bupati Tulangbawang, diterbitka AJI Bandar Lampung 2010, “Kiat Sukses Memperoleh Adhipura” 2012, “NU Mengawal Perubahan Zaman” 2016, “Jalan Panjang Lahirnya Kabupaten Tubaba” Kado Ulang Tahun ke-7, tahun 2016.
Saat itu saya yakin, dimata Maskut saya tidak ada apa-apanya. Atau dia belum mengenal saya secara utuh, lantaran itulah pertemuan pertama saya dengan dia, walau dalam waktu yang cukup panjang. Tetapi, bagi saya yang hidup dan tinggal jauh dari pusat Ansor, di Jawa Timur sana, pertemuan demikian besar artinya. Saya melihat dan merasakan saat itu, betapa seorang Maskut adalah satu di antara sekian banyak pimpinan pusat yang paling lengkap nilai-nilai ke-Ansor-annya. Saya banyak menimba ilmu dari seorang Maskut tentang pergerakan dan perjuangan yang telah dan akan dilakukan Ansor di nusantara ini. Itulah pertama kalinya saya menerima materi tentang ke-Ansor-an secara panjang lebar, terutama dari Maskut sendiri, yang sangat dekat dengan peserta kala itu.
Terus, pertemuan saya dengan Maskut selanjutnya di arena Muktamar NU ke-31 di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah pada 2004 lalu. Namun, pertemuan itu tidak begitu lama, lantaran kesibukan Maskut melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan kepanitiaan. Pada Kongres Ansor ke-14 di Asrama Haji Jakarta 2005 lalu, saya juga kembali mengingatkan memori Maskut tentang PKL yang saya ikuti bersama dia di Lampung dulu.
Lantaran saya telah lama mengenal Maskut, ketika saya membuka facebook, saya langsung mencari sejumlah nama sahabat-sahabat pimpinan pusat Ansor, lewat dunia maya dimaksud. Ketemulah yang namanya Harianto Oghie, seorang sahabat yang mempasilitasi saya untuk menjadi Koordinator Sarjana dan Pemuda Penggerak Wajiba Belajar (SP2WB) di Padang Pariaman pada 2008 lalu. Kemudian ketemu nama Tatang Hidayat dan Maskut sendiri. Belakangan muncul nama Hasyim Hadrawi.
Ketika Maskut datang ke Pariaman bersama Sekretaris PWNU Sumbar Firdaus, terjadilah pertemuan yang kesekilan kalinya saya dengan Maskut. Maskut hadir dan datang ke Pariaman, dengan tujuan mengunjungi makam Syekh Burhanuddin, di Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, seorang ulama yang terkenal dengan pembawa Islam pertama ke kampung itu. Dia datang awal tahun 2010, menjelang Muktamar ke-32 NU di Makassar. Sejak saat itu, kami aktif berkomunikasi, baik lewat ponsel, facebook dan pesan singkat. Memang, komunikasi adalah bagian dari upaya kita untuk membesarkan organisasi yang tengah kita geluti.
Apa yang disampaikan Maskut pada 2003 lalu, saat PKL Ansor di Lampung Timur adalah kurang atau tidak adanya sama sekali sahabat-sahabat PW Ansor Sumbar yang melakukan komunikasi dengan PP Ansor, sehingga banyak orang pusat yang menilai, bahwa Ansor Sumbar tidak ada artinya sama sekali. Orang lain tahu, bahwa Muhammadiyah paling besar dan menonjol di bumi Ranah Minang itu. Padahal, kalau kita lihat dari dekat, boleh dikatakan Sumatera Barat adalah daerah basisnya kaum Ahlussunnah wal jamaah. Namun, kaum itu semua belum sepenuhnya terangkul ke dalam rumah besar yang namanya NU.
Di daerah ini pada 1928, lahir yang namanya Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), yang dalam aqidah berpegang pada Ahlussunnah wal jamaah, dalam fiqh memegang Mazhab Imam Syafi'i. Artinya, antara PERTI di Sumbar sama halnya dengan NU di Jawa Timur. Namun, akhir-akhir ini perkembangan NU beserta Banom-nya sudah mulai semarak. Warga NU Sumbar telah berani mengatakan, bahwa dia adalah warga NU. Berita-berita yang berhubungan dengan Ansor dan NU diberbagai media lokal yang ada di daerah tersebut, telah banyak yang mewarnai dengan dinamikanya..