Sejumlah sarjana berpendapat bahwa asal mula kedatangan Islam di Indonesia adalah India, bukan Persia atau Arab. Mereka mengaitkan asal mula Islam di Indonesia dengan wilayah Gujurat dan Malabar. Mereka mendasarkan pendapat ini setelah mengamati bentuk batu nisan di Pasai, kawasan utara Sumatera, khususnya batu nisan yang bertanggal 17 Dzulhijjah 831/27 September 1428. Batu nisan di Pasai ini mirip dengan batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (822/1419) di Gresik, Jawa Timur yang ternyata sama bentuknya dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, Gudjarat.
Alasan-alasan yang dikemukakan adalah banyak pedagang Arab yang tinggal di beberapa kota pelabuhan India sebagai pedagang perantara dalam kontak perdagangan antara Timur Tengah dan Indonesia. Merekalah yang membawa agama Islam ke Indonesia pada sekitar abad XII/XIII Masehi.
Pendapat ini ternyata mempunyai kelemahan-kelemahan. Meskipun batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-tempat tertentu di Indonesia boleh jadi berasal dari Gudjarat, namun tidak lantas berarti Islam didatangkan dari sana.
Karena pada waktu berdirinya Kerajaan Islam di Samudra Pasai sekitar tahun 1293, Gujarat masih merupakan Kerajaan Hindu. Jikalau Gujarat merupakan tempat asal muasal Islam di Indonesia, sudah barang tentu Islam telah mapan dan berkembang di Gujarat sebelum berdirinya Kerajaan Islam Samudra Pasai.
Pendapat lain mengatakan bahwa tempat asal kedatangan Islam di Indonesia adalah Arab. Para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka dominan dalam perdagangan Timur-Barat sejak abad pertama Hijriyah atau abad VII dan VIII Masehi. Bersamaan dengan ramainya aktivitas perdagangan di perairan Selat Malaka para pedagang muslim dan Arab itu terlibat langsung dalam penyebaran Islam kepada penduduk di Pesisir Utara Sumatera.
Kesimpulan ini menjadi sangat mungkin apabila dikaitkan dengan sumber-sumber sejarah Cina, bahwa menjelang akhir abad VII Masehi seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di Pesisir Pantai Sumatera. Sebaian orang-orang Arab ini dilaporkan telah melakukan perkawinan dengan wanita pribumi, sehingga membentuk sebuah komunitas muslim yang terdiri atas percampuran antara orang-orang Arab pendatang dengan penduduk lokal. Merekalah yang melakukan aktivitas dakwah Islam pertama di Indonesia.
Dalam seminar tentang sejarah masuknya Islam ke Indonesia yang diselenggarakan di Medan, 17-20 Maret 1963 disepakati , bahwa menurut sumber sumber sejarah yang ditemukan, Islam pertama kali masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau abad VII Masehi bukan pada abad XII atau XIII Masehi dan langsung dari Arab bukan dari India. Di antara para sarjana pendukung teori ini adalah :
- Sir Thomas Arnold dalam bukunya “ the Preaching of Islam” yang menyimpulkan bahwa agama Islam itu masuk ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah dan langsung dari Makkah dan Mesir, bukan dari Gujurat. Sebagai bukti dapat dilihat adanya perkampungan sekelompok orang Arab di Pantai Sumatera tahun 684 M.
- Profesor Sayyid Qadarullah (Pakistan) dalam risetnya tentang masuknya Islam ke Nusantara, yang menyatakan bahwa kontak permulaan telah terjadi tahun 674 M. Masuknya orang Islam berarti masuknya Islam. Tidak dapat diingkari bahwa seorang muslim sekaligus adalah mubaligh. Apabila dia telah melakukan hubungan dengan penduduk lokal Sumatera, sudah dapat dipastikan akan menyampaikan sekurang-kurangnya satu ayat Al-qur’an, sebagaimana perintah Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan Islam walaupun hanya satu ayat.
- Zainal Arifin Abbas yang menyatakaan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad VII Masehi atau abad pertama Hijriyah. Pada masa itu orang-orang Arab telah mempunyai hubungan perdagangan dengan negara-negara Timur. Dalam hal ini para pedagang muslim selalu singgah di Pesisir Sumatera sebagai pintu gerbang masuk dari Silan (Srilanka) ke Cina.
- H.M. Zainuddin yang menyatakan bahwa Agama Islam masuk ke Indonesia sejak abad VII M. Setelah Rasulullah SAW wafat, pada tahun 632 M berangkatlah satu ekspedisi yang terdiri atas beberapa saudagar Arab ke negeri Cina. Mereka tinggal di Kanton dan terlebih dahulu singgah di Sumatera Utara, tepatnya di Lamuri, Aceh. Disebutkan pula bahwa ekspedisi tersebut berangkat dari Teluk Persia, berkumpul di Sailan (Srilanka), kemudian membagi armadanya ke berbagai daerhan, yaitu : Malaysia, Jawa, Brunei, Makasar, Kalimantan, Maluku, Sumatera Utara dan terus ke Kanton (Cina).
Dari beberapa pendapat para pakar sejarah tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa agama Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad VII Masehi, langsung dari Arab. Daerah yang pertama kali menerima Islam adalah Sumatera. Didaerah ini Agama Islam dapat berkembang dengan pesat, sehingga pada abad XIII Masehi telah terbentuk Kerajaan Islam pertama di Samudera Pasai, Aceh. Daerah lain yang pertama menerima Islam adalah Jawa. Pada tahun 674 M utusan raja Ta-cheh (yang dimaksud adalah Mu’awiyah) mengirimkan utusan ke Kerajaan Kalingga pada masa pemerintahan Ratu Sima untuk mengetahui keadaan negeri yang sebenarnya, baik dari segi kemakmuran, keadilan maupun keamanan.
Dengan kehadiran utusan tersebut dapat diketahui bahwa sebelumnya telah ada penduduk setempat yang beragama Islam. Ini cukup beralasan karena menurut kebiasaaan apabila ada utusan dari suatu negara berkunjung ke negara lain, dapat dipastikan sangat terkait dengan kepentingan penduduknya di negara yang dikunjunginya.
Di desa Leran, Manyar, Gresik ditemukan makam Fatimah binti Maimun bin Hibatallah berangka tahun 475/495 H (1082-1101).Dari bukti ini dapat diketahui bahwa di daerah tersebut ketika itu sudah ada orang Islam. Tidak mungkin ditemukan tata cara pemakaman dengan menulis angka tahun dengan lengkap jika tidak terdapat penduduk yang seagama antara yang memakamkan dengan yang dimakamkan.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa jauh sebelum kedatangan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, sudah terdapat pemeluk agama Islam di Pulau Jawa. Namun dakwah Islam mulai berjalan semakin intensif setelah periode Maulana Malik Ibrahim dan para wali Songo, yaitu sekitar abad XIV dan XV Masehi. Dan kedua pulau itulah agama Islam disebarkan ke seluruh daerah Nusantara. Setidaknya agama Islam telah tersebar ke seluruh pulau di Indonesia ini sejak abad XV Masehi. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari jasa besar para wali Songo. Mereka bukan hanya menyebarkan agama Islam, tetapi juga meletakkan dasar-dasar bagi tumbuh dan berkembangnya masyarakat, negara dan kebudayaan Islam di Indonesia. Dasar paham keislaman yang dimaksud adalah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. (Buku Pelajaran ASWAJA NU Kelas X)