HIKMAH MEMBACA AL-QUR’AN
Oleh : Dr. KH. Abdul Ghofur Maimun
Alkisah, hiduplah si tua dengan ditemani cucunya di sebuah desa pegunungan. Tiap hari dia bangun pagi-pagi dan membaca al-Quran dekat perapian dapur. SI Cucu yang mengidolakannya berupaya mengikutinya. Berkali-kali dia ikut membaca al-Quran. Suatu pagi usai ikut membaca al-Quran si Cucu mengajukan pertanyaan:
“Kakek, saya berkali-kali berupaya mengikuti Kakek membaca al-Quran. Tapi tiap kali membaca saya merasa tak mendapatkan apa-apa. Saya tak mampu memahami apa yang saya baca! Apa yang bisa saya peroleh dari membaca al-Quran ini?”
Kakek itu mengambil sisa-sisa arang dari keranjang dan memasukkannya ke dalam perapian. Lalu katanya kepada si Cucu dengan senyum ketentraman:
“Ambil-lah keranjang yang telah kosong ini! Pergilah ke sungai dan gunakan keranjang ini untuk mengambil air!”
Demi memenuhi perintah sang Kakek yang ia kagumi, dia pergi ke sungai untuk mengambil air. Tentu saja ini adalah usaha yang sia-sia belaka. Sesampai di rumah keranjang benar-benar kosong.
“Mungkin kamu kurang cepat lari sehingga air tercecer semua,” kata si Kakek.
Dia menuruti si Kakek. Ia mengambil air di sungai lalu berlari balik ke rumah. Tapi usahanya tetap sia-sia. Air sama sekali tak tersisa dalam keranjang.
“Mustahil, Kek! Mana bisa keranjang digunakan untuk mengangsu air ..!? Jika Kakek menginginkan air akan saya ambilkan dengan timba saja!” katanya dengan agak kesal.
“Cucuku, saya tidak memintamu mengangsu dengan timba. Saya memintamu mengangsu dengar keranjang! Tampaknya usahamu mengangsu kurang keras .. Saya akan temani dirimu mengangsu.”
Kakek dan cucu itu berjalan menuju sungai. Si Cucu yakin benar bahwa ini adalah sia-sia belaka, tapi ia ingin patuh kepada sang Kakek. Ia turun ke sungai lalu memasukkan keranjang ke dalam air. Ia mengambil ancang-ancang lalu berlari ke arah kakeknya yang berada di tepian sungai.
“Lihat, Kek! Sama sekali tak ada airnya. Ini sungguh sia-sia belaka ..”
“Kamu mengira demikian? Lihat keranjang ini cucuku .. Perhatikan lah dengan baik!”
Si Cucu melihat penuh selidik ke arah keranjang, dan dia menemukan adanya perubahan. Keranjang yang semula hitam dan kotor bekas arang, sekarang telah bersih dan putih. Luarnya bersih dalamnya juga bersih.
“Demikianlah Cucuku jika engkau mau secara istiqamah membaca al-Quran. Mungkin kamu tidak dapat memahami apa yang engkau baca, dan juga mungkin engkau begitu cepat melupakan sedikit yang telah engkau pahami. Tapi sebetulnya tanpa kau sadari kamu telah membersihkan lahir dan batinmu, tepat seperti keranjang ini!.” Mari membaca al-Quran dan berkawan dengannya meski hanya setengah halaman setiap hari.