Jakarta, NU Online. Amin ‘Aam (Sekretaris Umum) Darul Fatwa Australia Syekh Salim Alwan Al-Husaini menyatakan bahwa kelompok Wahabi Takfiri yang selama ini menamakan dirinya kaum salafi, pengikut para Salafus Shalih tetapi perilaku jauh dari ajaran para Salafus Shalih. Mereka bukan salaf, baik dari segi zaman maupun keyakinan.
Hal ini disampaikan Syekh Salim sesaat sebelum memberikan ijazah sanad Kitab “Matan Fiqhul Akbar” karangan Imam Abu Hanifah (80-150 H), Jumat (26/2/2016) di lantai 5 Gedung PBNU Jakarta.
Di hadapan ratusan kader NU yang memadati ruangan rapat lantai 5 untuk mendapatkan ijazah sanad kitab tersebut, Syekh Salim mengatakan bahwa kelompok wahabi juga telah menuduh Abu Hanifah sesat dan kafir.
“Padahal sesungguhnya akidah Abu Hanifah tidak ada bedanya dengan ulama bermadzhab Asy’ari, karena Abu Hanifah sendiri mengikuti Imam Maturidi yang secara akidah adalah sama dengan Imam Abu Hasan Al-Asy’ari,” jelas Syekh Salim.
Mufti Australia yang mengaku banyak belajar kepada kiai dan ulama yang mempunyai sanad kepada KH Hasyim Asy’ari ini menerangkan, mengapa kitab Matan Fiqhul Akbar yang diijazahkan. Di sini dia menjelaskan, karena Abu Hanifah adalah seorang Salafus Shalih. Salah satu imam madzhab empat ini adalah ulama yang fokus pada akidah dan tauhid. Dan risalah Abu Hanifah tentang tauhid dan akidah ini adalah Kitab Matan Fiqhul Akbar.
“Melalui ijazah sanad kitab ini yaitu agar bisa menjelaskan kepada banyak orang bahwa Abu Hanifah tidak ada bedanya dengan ulama bermadzhab Asy’ari, karena Maturidi dan Asy’ari hanya berbeda dalam menjelaskan, secara makna sama,” ujarnya.
“Ahlussunnah wal Jamaah merupakan mayoritas umat Nabi Muhammad SAW, dan kelompok ini merupakan Firqotun Najiyah, yaitu kelompok yang selamat karena benar-benar para penguikut Salafus Shalih yang sesungguhnya,” tambahnya.
Di dalam pengenalan dirinya, Syekh Salim sering mengunjungi Indonesia. Dia mengaku sudah 20 tahun mengunjungi Indonesia tetapi baru kali ini datang ke Indonesia untuk memberikan ijazah sanad kitab.
Dia juga memilih Gedung PBNU karena mayoritas warga NU adalah golongan Ahlussunnah wal Jamaah dengan jumlah yang sangat besar. Mereka juga, terangnya, mempunyai ulama yang luar biasa seperti KH Hasyim Asy’ari yang tak lain adalah pendiri NU.
“Maka siapapun yang berafiliasi dengan NU, hendaknya juga berafiliasi dengan ilmu-ilmunya (KH Hasyim Asy’ari, red),” tegas Syekh Salim.
Program yang digelar atas kerja sama dengan Yayasan Syahab Ahlussunnah wal Jamaah tersebut diikuti peserta pria dan wanita yang merupakan peserta aktif Pendidikan Kader Dakwah LD PBNU.
Wakil Ketua LD PBNU Syamsul Ma’arif mengatakan seperti yang telah diberitakan sebelumnya, ngaji model talaqqi merupakan bagian dari tradisi keilmuan NU yang kerap dipraktikkan antara santri dan kiai. Menurutnya, tradisi ini penting dihidupkan terus di tengah banyak orang kehilangan sandaran keilmuan. (Fathoni)