Alqur-an adalah kitab suci yang agung, keagungannya sungguh tidak mudah bagi manusia di dunia ini sanggup mengupas, mengambil dan memahami isi kandungannya kecuali hanya dengan memakai 17 macam ilmu sebagai pendukungnya.
Bila melihat ada sebagian umat lslam sekarang yang suka mengambil atau memahami kandungan Alqur-an sesuai dengan pemahamannya saja tanpa bisa menguraikan, mencerna secara detail dan lengkap akan makna yang sebenarnya maka itulah sebuah alamat ia memesan kamar dalam neraka. "Barangsiapa menguraikan Alqur-an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan” (HR. Ahmad).
Pada masa akhir zaman ini perselisihan karena perbedaan pemahaman yang terjadi boleh jadi dikarenakan oleh segelintir kaum muslim yang terhasut atau menjadi korban ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan oleh sebagian kelompok Islam penghancur dari dalam Islam (untuk tidak menyebut satu golongan Islam), sehingga cara memahami Alqur-an dan Alhadits telah mengikuti cara pemahaman serampangan menurut pikiran dan hawanafsu mereka. Mereka memahami Alqur-an dan Alhadits dengan makna zahir atau yang kami namakan pemahaman dengan metodologi “terjemahan” berdasarkan arti bahasa (lughot) dan istilah (terminologi).
Hal tersebut umum terjadi pada mereka yang memahami agama berlandaskan muthola’ah, cukup menelaah kitab hanya dengan akal pikirannya sendiri. Padahal demikian sangat membahayakan dirinya sendiri yakni akan berdosa dan neraka tempatnya. Sebagaimana sabda Nabi SAW. dari Ibnu Abbas ra Rasulullah Saw telah bersabda : ”Barangsiapa yg berkata mengenai Alqur-an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmidzi).
Maka seseorang yang ingin mengambil atau memaknai isi dari kandungan Alqur-an haruslah terlebih dahulu dapat menguasai 17 macam disiplin ilmu, agar bisa memahaminya dengan baik, benar dan tidak serampangan. Ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai berikut :
- Ilmu Mawathin Al-Nuzul. Ilmu yang menerangkan tempat-tempat turunnya ayat, masanya, awal dan akhirnya. Kitab yang membahas ilmu ini banyak diantaranya ialah al-Itqan, tulisan al-Suyuthi.
- Ilmu Tawarikh Al-Nuzul. Ilmu yang menerangkan dan menjelaskan masa turun ayat dan tertib turunnya, satu demi satu, dari awal turun hingga akhirnya, secara tertib turun surat dengan sempurna.
- Ilmu Asbab Al-Nuzul. Ilmu yang menerangkan sebab-sebab turun ayat, di antara kitab yang menjelaskan hal ini ialah Lubab al-Nazul karangan al-Suyuthi.
- Ilmu Qira'at. Ilmu yang menerangkan rupa-rupa Qira'at (bacaan Alqur-an yang diterima dari Rasulullah Saw). Seindah-indah kitab untuk mempelajari ilmu ini ialah kitab al-Nasyr Fi Qira'at al-Asyr, tulisan Ibnu Jazary.
- Ilmu Tajwid. Ilmu yang menerangkan cara membaca Alqur-an, tempat mulai dan pemberhentiannya, dan lain-lain yang berhubungan dengannya.
- Ilmu Gharib Alqur-an. Ilmu yang menerangkan makna kata-kata yang ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab biasa, atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-hari. Ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang halus, tinggi, dan pelik.
- Ilmu I'rabil Qur-an. Ilmu yang menerangkan baris Alqur-an dan kedudukan lafal dalam ta'bir (susunan kalimat). Di antara kitab yang memenuhi kebutuhan dalam membahas ilmu ini ialah ("imla al-rahman, karangan Abdul Baqa al-Ukbary").
- Ilmu Wujuh Wa Al-Nadzar. Ilmu yang menerangkan kata-kata Alqur-an yang banyak arti, menerangkan makna yang dimaksud pada satu-satu tempat. (Ilmu ini dapat mempelajari dalam kitab Mu'tarak al-Aqran, karangan al-Suyuthi).
- Ilmu Ma'rifat Al-Muhkam Wa Al-Mutasyabbih. Ilmu yang menyatakan ayat-ayat yang dipandang muhkam dan ayat-ayat yang dianggap mutasyabih. (Salah satu kitab mengenai illmu ini ialah al-Manzhumah al-Sakhawiyah, susunan Imam al-Sakhawy).
- Ilmu Al-Nasikh Wa Al-Manshukh. Ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansukh oleh sebagian mufassir (untuk mempelajari ilmu ini dapat dibaca kitab al-Nasikh wa al-Mansukh, susunan Abu Ja'far al-Nahhas dan al-Itqan karangan al-Suyuthi).
- Ilmu Bada'i Alqur-an. Ilmu yang membahas keindahan-keindahan Alqur-an, ilmu ini menerangkan kesusasteraan Alqur-an, kepelikan-kepelikan dan ketinggian-ketinggian balaghah-nya (untuk ini dapat juga dibaca kitab al-Itqan karangan al-Suyuthi).
- Ilmu I'jaz Alqur’an. Ilmu yang menerangkan kekuatan susunan tutur Alqur-an sehingga ia dipandang sebagai mukjizat, dapat melemahkan segala ahli bahasa Arab (kitab yang memenuhi keperluan ini ialah "I’jaz Alqur-an" karangan al-Baqillany).
- Ilmu Tanasub Ayat Alqur-an. Ilmu yang menerangkan persesuaian antara suatu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya (kitab yang memaparkan ilmu ini ialah "Nazhmu al-Durar", karangan Ibrahim al-Riqa'iy).
- Ilmu Aqsam Alqur-an. Ilmu yang menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah Tuhan atau sumpah-sumpah lainnya yang terdapat di dalam Alqur-an.
- Ilmu Amtsal Alqur-an. Ilmu yang menerangkan segala perumpamaan yang ada dalam Alqur-an (kitab yang dapat dipelajari untuk ilmu ini antara lain "Amtsal Alqur-an", karangan al-Mawardi).
- Ilmu Jidal Alqur-an. Ilmu untuk mengetahui rupa-rupa debat yang dihadapkan Alqur-an kepada kaum musyrikin dan lain-lain. Ayat-ayat yang mengandung masalah ini (dikumpulkan oleh Najamuddin al- Thusy).
- Ilmu Adab At-Tilawatil Quran. Ilmu yang mempelajari segala bentuk aturan yang harus dipakai dan dilaksanakan di dalam membaca Alqur-an. Segala kesusilaan, kesopanan dan ketentuan yang harus dijaga ketika membaca Alqur-an, salah satu kitab yang amat baik.
Tidak hanya berhenti sampai disitu, ternyata dalam menafsirkan Alqura-an dengan mengkaji dan memahami isi dari kandungannya juga harus dapat melakukan tiga cara, yaitu :
- Dengan sunnah. Sunnah ini berupa: ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, dan diamnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
- Dengan penafsirannya para sahabat. Dalam hal ini pelopor mereka adalah Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas Radliyallahu ‘anhum. Ibnu Mas’ud termasuk sahabat yang menemani Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sejak dari awal dan dia selalu memperhatikan dan bertanya tentang Alqur-an serta cara menafsirkannya, sedangkan mengenai Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud pernah berkata: “Dia adalah penterjemah Alqur-an.” Oleh karena itu tafsir yang berasal dari seorang sahabat harus kita terima dengan lapang dada, dengan syarat tafsir tersebut tidak bertentangan dengan tafsiran sahabat yang lain.
- Apabila suatu ayat tidak kita temukan tafsirnya dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat, maka kita cari tafsirannya dari para tabi’in yang merupakan murid-murid para sahabat, terutama murid Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas seperti : Sa’ad bin Jubair, Thawus, Mujahid dan lain-lain.
Apabila seseorang tidak menguasai ke 17 ilmu tersebut, maka wajiblah ia merujuk kepada ahli ilmu (ulama mufassirin) dan tidak boleh memakai akal-pikirannya atau hasil dari orang-orang yang tidak berkompeten dalam bidangnya. Demikian tulisan sekedar tulisan ini semoga bermanfaat bagi kita semua, amin.
Sumber :
- Tashowwuf Ilmu Penjaga bathin & Manisnya Ibadah.
- Terjemahan dalam kitab Al-Tibyan, karangan al-Nawawy.