Oleh : Ahmad Fachrizal Aziz
Ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan non akademik yang dimiliki sekolah, bertujuan untuk mewadahi hobi dan meningkatkan skill siswa, serta melatih jiwa berorganisasi. Dalam berorganisasi, selain belajar bekerjasama, juga menempa jiwa kepemimpinan.
Maka tak jarang kita temui, siswa yang kemampuan akademiknya biasa saja di kelas, namun memiliki kemampuan lebih di ekstrakurikuler. Misalnya yang berkaitan dengan olahraga.
Artinya, ekstrakurikuler memiliki peran yang tak kalah penting jika dibanding kegiatan belajar mengajar di kelas.
Sebab lewat ekstrakurikuler juga lah, kadang siswa menemukan nilai dan konsep dirinya, pada bidang keahlian yang mereka kuasai, yang tak terwadahi ketika di ruang kelas.
Itu membuatnya lebih percaya diri dan optimis, sebab ia punya ruang untuk berkembang, sesuai dengan hobi dan passionnya.
Salah satu ekstrakurikuler yang sebenarnya sangat penting adalah Jurnalistik. Kenapa?
Tinjauan historis
.
Kemampuan jurnalistik seolah menjadi kemampuan dasar yang dimiliki hampir seluruh tokoh pergerakan di era revolusi.
Sebut saja Bung Karno, Bung Hatta, Sjahrir, Agus Salim, Moh Yamin, Buya Hamka sampai generasi sebelumnya seperti H.O.S Tjokroaminoto, Cipto Mangunkusumo, dan lain sebagainya, memiliki kemampuan Jurnalistik.
Salah satu keahlian mereka yang mencolok adalah, bisa menulis. Bahkan melahirkan karya tulis yang fenomenal.
H.O.S Tjokroaminoto pun menyampaikah sebuah kuote yang terkenal : Berpikirlah seperti filsuf, berpidatolah seperti orator, dan menulislah seperti wartawan.
Tokoh-tokoh bangsa itu sebagian juga terlibat dalam penerbitan surat kabar. Bung Karno misalnya pernah memimpin media Pikiran Rakyat, begitupun Bung Hatta, Sjahrir hingga Buya Hamka.
Kemampuan Jurnalistik
Dalam kegiatan jurnalistik, selain diajarkan menulis (terutama media cetak atau media daring), kemampuan yang diasah adalah berpikir kritis, analitis, dan detail.
Sebab ada proses mencari/menggali, mengolah, dan menyampaikan berita, sebagaimana definisi Jurnalistik yang selama ini kita pahami.
Dalam proses mencari/menggali itu mereka akan belajar untuk berpikir kritis, khususnya ketika memetakan pertanyaan. Juga belajar untuk lebih cakap dan luwes bergaul dengan banyak orang.
Sementara ketika mengolah, mereka akan belajar berpikir analitis dan sistematis, bagaimana menyajikan informasi agar mudah dipahami orang lain.
Dalam menyajikan informasi memang tidak hanya lewat tulisan, bisa lewat infografis atau audio visual. Namun kemampuan menulis tetap menjadi dasar, sebab dengan menulislah seseorang akan belajar berpikir runtut atau sistematis.
Setelah proses mencari dan mengolah selesai, lalu diinformasikan ke publik.
Saat ini sekolah memiliki banyak alternatif media yang bisa dikembangkan. Berikut media yang bisa dikembangkan di sekolah untuk mewadahi hasil kerja Jurnalistik siswa-sisiwinya :
Dikutip dari Kompasiana