Pemegang rekor pohon tertua di dunia adalah pohon pinus Bristlecone “Methuselah” di White Mountains, California, yang menurut Guinness Book of World Records, telah berusia 4.852 tahun.
Pohon Alerce Milenario [Fitzroya cupressoides] di Chile yang dikenal sebagai Gran Abuelo atau pohon kakek buyut diperkirakan berusia lebih dari 5 ribu tahun atau sekitar 5.484 tahun.
Pohon Alerce [cemara] ditemukan di jurang di Taman Nasional Alerce Costero, Chile, yang lebarnya lebih dari empat meter dan menjulang setinggi 60 meter.
Namun, pengitungan umur pohon Alarce yang menggunakan metode statistik, bukan dendrokronologi, oleh para ahli dianggap kurang valid.
Pohon apakah yang dipercaya sebagai pohon tertua di dunia?
Hingga saat ini, pemegang rekornya adalah pohon pinus Bristlecone “Methuselah” di White Mountains, California, yang menurut Guinness Book of World Records, telah berusia 4.852 tahun.
Namun sekarang, ada pesaing baru dari belahan Bumi lain untuk merebut mahkota sebagai pohon tertua di dunia, yakni pohon Alerce Milenario [Fitzroya cupressoides] di Chile yang dikenal sebagai “Gran Abuelo” atau pohon kakek buyut.
“Ini adalah pohon yang sangat, sangat dekat dengan hati kita,” Jonathan Barichivich, ilmuwan Chile di balik penemuan tersebut, dilansir dari Live Science.
Alerce, yang juga dikenal sebagai cemara Patagonia adalah spesies pohon asli Chile dan Argentina. Pohon ini ditemukan di jurang di Taman Nasional Alerce Costero, Chile, yang lebarnya lebih dari empat meter dan menjulang setinggi 60 meter.
Biasanya, para ilmuwan menggunakan proses yang dinamakan dendrochronology, yaitu menggunakan bor berbentuk T, untuk menentukan usia pohon dengan cara menemukan jumlah cincin pertumbuhan yang dimilikinya.
Karena ketidakmampuan untuk mencapai pusat pohon dengan bor, Barichvich beralih ke metode lain. Dia menggunakan metode statistik untuk menentukan usia penuh Alerce tersebut.
Barichvich menggunakan inti lengkap dari pohon Alerce lain dan informasi tentang bagaimana faktor lingkungan dan variasi acak mempengaruhi pertumbuhan pohon, untuk mengkalibrasi model.
Lalu, mensimulasikan kisaran kemungkinan usia pohon pada awal periode yang dicakup oleh inti parsial, bersama probabilitas untuk setiap usia.
Dengan metode ini, dia menyimpulkan bahwa perkiraan usia keseluruhan Alerce adalah 5.484 tahun. Dengan kemungkinan, sekitar 80% pohon itu telah hidup selama lebih dari 5.000 tahun, umurnya melampaui Methusala.
“Hanya ada peluang 20 persen bahwa pohon itu lebih muda,” tambahnya.
“Jika kita membandingkannya dengan pohon-pohon yang sudah berumur di mana kita menghitung semua cincin, itu akan menjadikannya salah satu pohon hidup tertua di planet ini,” kata Barichivich.
Metode ini juga menentukan rentang usia, pohon ini diperkirakan tidak lebih tua dari 6.000 tahun dan tidak lebih muda dari 4.100 tahun.
“Bahkan jika pohon itu tumbuh sangat cepat, untuk semua ukuran itu, tidak mungkin lebih muda dari itu,” lanjutnya.
Barichivich telah mempresentasikan temuannya di konferensi, tetapi belum ditinjau oleh rekan sejawat. Sejauh ini, mereka telah menerima reaksi beragam dari komunitas ilmiah. Temuan itu tetap menimbulkan skeptisisme sebagian ilmuwan, khususnya para dendrokronologis.
Dendrokronologi adalah metode ilmiah dalam menentukan usia sebuah pohon berdasarkan analisis dari pola cincin pertumbuhan yang terbentuk pada potongan melintang di batang pohon. Dendrokronologi dapat menentukan waktu kapan cincin tersebut terbentuk pada berbagai jenis kayu.
Dikarenakan Barichvich tidak melakukan metode dendrokronologi, maka metodenya dianggap kurang valid. Ramzi Touchan dari University of Arizona’s Laboratory of Tree-Ring Research mengatakan, menyimpulkan tingkat pertumbuhan selama masa muda pohon memiliki kekurangan.
Sebab, pohon muda mungkin tidak cukup banyak bersaing dengan pohon lain, sehingga tumbuh lebih cepat.
Pendiri Rocky Mountain Tree Ring Research Peter Brown mengatakan kepada National Geographic, dikutip dari Eco Watch, mengatakan bahwa pendekatan ini terlalu baru untuk dinilai sebelum peer review dan kesimpulannya terlalu mengejutkan.
“Perkiraan usia [hasil temuan Barichvich] lebih dari 1.500 tahun lebih tua dari pohon [Alerce] tertua yang diketahui hingga saat ini,” kata Brown.
Pohon cemara Patagonia ini juga terancam oleh pengunjung Taman Nasional Alerce Costero, tempat pohon ini berakar, karena lokasinya yang terbuka, sehingga akarnya terinjak-injak pengunjung. Juga, oleh perubahan iklim yang membuat lembah sejuk dan lembab ini mulai kering.
Dikutip dari Mongabay.co.id [Berbagai sumber]