Oleh : Herman Sakindar
Pagi tanggal 3 Ramadhan tahun 11 Hijriah, Fatimah mandi dan mengenakan pakaian baru, kemudian berbaring di tempat tidur. Kepada Ali, Fatimah berkata bahwa saat-saat kematiannya sudah dekat.
Ali pun menagis. Namun, Fatimah menghibur suaminya agar jangan bersedih dan menjaga anak-anak mereka. Fatimah juga berpesan setelah meninggal nanti, ia tidak ingin dikuburkan dengan upacara pemakaman.
Lantaran waktu sholat tiba, Ali berangkat ke masjid. Saat Ali tidak ada Fatimah yang menghembuskan nafas terakhir. Kedua putra mereka, Hassan dan Husein, lantas menyusul Ali ke masjid untuk mengabarkan berita duka itu. Mendengar istrinya tiada, Ali tak sadarkan diri.
Setelah siuman, Ali menuruti pesan istrinya. Fatimah dikuburkan secara diam-diam tanpa upacara. Tidak ada warga yang tahu selain Ali dan keluarga terdekat.
Saat Ali bin Abi Thalib memasukkan jenazah istri tercintanya, Fatimah. Beliau menagis terisak-isak
Putranya Al Hasan Ra pun bertanya, "Wahai ayahku, apa yang membuatmu menagis sedemikian rupa?"
Sayyidina Ali Ra lalu menjawab : "Wahai putraku Al Hasan, sesungguhnya aku teringat pesan kakekmu, Rasulullah SAW. Beliau bersabda kepadaku: " Kelak jika putriku Fatimah telah tiada, Wahai Ali, maka akulah yang akan pertama kali menerima jasadnya di liang lahat" Dan demi Allah aku melihat tangan kakekmu Rasulullah menerima jasad ibumu, Aku melihat Rasulullah mencium wajah ibumu, Fatimah"
Sayyidina Ali Ra lalu berkata lagi : " Wahai Rasulullah, kini aku kembalikan amanah yang telah engkau berikan kepadaku. Aku kembalikan belahan jiwamu, yang setiap engkau rindu akan surga, engkau mencium wajah suci putrimu, Fatimah.