Suami Itu Pemimpin Keluarga

Bismillahirrohmanirrohim
Pada akhirnya, setelah menikah dan punya anak, wanita akan paham bahwa agama, akhlak dan tanggung jawab laki-laki itu yang paling penting daripada hanya ganteng, keren, macho, bisa gaya, Tetapi para gadis banyak yang tertipu dan akhirnya menyesal setelah pernikahan. 

Bisa jadi seperti ini:

Ketika Gadis, ia hanya paham memilih laki-laki itu karena ganteng, keren, stylist, dikagumi banyak wanita serta romantis

Setelah menikah dan punya anak, barulah paham bahwa tanggung jawab itu yang utama

Setelah di akhirat, barulah ia paham bahwa Agama dan  Akhlak  yang paling utama

Karena apabila Agama dan Akhlak baik, pasti ia akan bertanggung jawab, lalu menjadi suami yang shalih, meskipun wajah pas-pasan akan selalu dipandang gagah oleh istrinya dan selalu dirindukan

CATATAN :

1. Itulah mengapa ketika memilih suami yang jadi patokan utama adalah agama dan akhlak

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَأَنْكِحُوْهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ

“Apabila datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya (untuk meminang wanita kalian) maka hendaknya kalian menikahkannya dengan wanita kalian. Bila tidak, akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan.”  [HR. At-Tirmidzi no. 1085]

2. Di akhirat nanti ada kasus seorang Istri akan menuntut suaminya karena tidak mengajarkan agama padanya, inilah tafsir ayat berikut : Allah berfirman,

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ

“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya”.  
(QS. ‘Abasa: 34-37)

Tafsir AL-Qurthubi menjelaskan,

أي تجيء الصاخة في هذا اليوم الذي يهرب فيه من أخيه ; أي من موالاة أخيه ومكالمته ; لأنه لا يتفرغ لذلك ، لاشتغاله بنفسه

“Yaitu ketika datangnya hari kiamat ia akan lari dari saudaranya yaitu lari dari berdekatan dan berbicara dengan saudaranya (keluarga). Ia tidak fokus (terlalu peduli) dengan hal tersebut karena sibuk dengan urusan dirinya.”
 [Tafsir Al-Qurtubi]

Marilah kita perhatian perintah Allâh Yang Maha Kuasa berikut ini : 
.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ 

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [at-Tahrîm/66:6] 

Tafsir Ayat. Firman Allâh Azza wa Jalla :

 يَا أَيُّهَ
ا الَّذِينَ آمَنُوا

 Hai orang-orang yang beriman Tafsir : Allâh Maha kasih sayang kepada para hamba-Nya. Jika Dia memberikan perintah, pasti itu merupakan kebaikan dan bermanfaat, dan jika Dia memberikan larangan, pasti itu merupakan keburukan dan berbahaya. 
Maka sepantasnya manusia memperhatikan perintah-perintah-Nya.

 Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhuma dan para Ulama Salaf rahimahumullâh berkata, “Jika engkau mendengar Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam al-Qur’ân ‘Hai orang-orang yang beriman’, maka perhatikanlah ayat itu dengan telingamu, karena itu merupakan kebaikan yang Dia perintahkan kepadamu, atau keburukan yang Dia melarangmu darinya”.
[Tafsir Ibnu katsir 1/80]