Pawang Hujan

Oleh : Budi P Hutasuhut

Ketika pawang hujan turun ke Mandalika, orang-orang menyebut peradaban telah mundur 20 tahun karena dia tidak paham bagaimana pawang hujan bekerja.  Orang-orang cepat menilai hanya melihat perangkat kerja yang dipakai pawang hujan, langsung menjustifikasi bahwa itu mistik.  

Apakah mistik itu? Apakah mistik hanya berupa barang-barang sesajen?  Adakah rasionalitas dalam mistik?  Bisakah segala yang berbau mistik diterima secara rasional?

Menjawab pertanyaan itu, muncul pertanyaan baru: Apakah orang-orang moderen yang menilai pawang hujan sebagai kemunduran benar-benar bisa merasionalisasikan ucapannya. Apakah mereka tahu apa itu rasional? Apakah mereka paham dengan apa yang mereka bicarakan?

Lebih seringlah berada di Indonesia, di negeri yang kaya dengan pengetahuan tradisional ini.  Suatu saat, jika kau sempat, bacalah Pokok-Pokok Kebudayaan Daerah (PPKD) yang disusun oleh pemerintah daerah di seluruh Nusantara sebagai dasar pembangunan dan pemajuan kebudayaan, dan kau akan melihat bahwa pawang hujan bagian dari kebudayaan daerah di negeri ini. Ada yang memasukkannya sebagai ritual budaya, ada yang memasukkannya sebagai pengetahuan tradisional, dan lain sebagainya. 

Apakah dengan PPKD semacam itu lantas membuat kita menyimpulkan bahwa bangsa ini masih primitif dan terbelakang.  Lantas, kita membanding-bandingkannya dengan orang-orang asing di Mandalika yang tercengang ketika pawang hujan bekerja, seakan-akan ketercengangan mereka itu disebabkan mereka mempertanyakan derajat ketinggian peradaban bangsa Indonesia. 

Sekali waktu, kau yang orang Indonesia dan lama tinggal di kota, carilah paket wisata yang berisi kegiatan pawang hujan.  Tradisi mengendalikan hujan itu akan menambah pengetahuanmu, dan kau akan merasa telah melihat sesuatu yang eksotis, lebih eksotis dari hal-hal tradisi dan klasik yang diincar para wistawan di negeri ini.  

Tentu saja kau akan menyebut kerja pawang hujan itu tidak ilmiah, sirik, dan tak ada apa-apanya dibandingkan ilmu pengetahuan yang dipakai dalam prakiraan cuaca. Tapi, kau sendiri tidak bisa menjelaskan apa yang ilmiah itu, dan tidak tahu persis apakah kerja pawang hujan itu tidak ilmiah.

Saya punya kawan yang membentuk komunitas pawang hujan. Mereka tidak bisa menghentikan hujan, tapi bisa memindahkan awan yang menyebabkan hujan.  Para pawang hujan ini tidak bekerja secara mistis, tetapi secara ilmiah. Mereka membaca fenomena alam, arah angin, ketebalan awan, dan lain sebagainya. 

"Pawang hujan bisa menenggelamkan Jakarta sambil mengopi di Bogor," kata salah seorang kawan. "Jika awan dijaga terus menerus agar menurunkan hujan di Bogor, bisa dipastikan Jakarta akan tenggelam."