Oleh : Gus Hamim Jazuli
Minggu kemaren saya menjalani tradisi keluarga agar sebelum datang Ramadhan berziarah ke makam guru-guru kita yang sudah wafat dan bersilaturrahmi kepada guru-guru kita yang masih hidup beserta keluarganya.
Kebetulan saat itu giliran
bersilaturrahmi kepada garu saya,
KH. Bachit Hasan, menantu almaghfurlah KH. Abdul Hadi Ismail Gading Raya Jakarta Timur.
Dalam kesempatan itu Yai Bachit bercerita banyak salah satunya tentang maqam kewalian
Di antara maqam kewalian,
ada satu maqam kewalian yang
cukup tinggi dimana semua auliya'
termasuk wali quthub sangat menghormati orang yang berada di maqam ini. Maqam kewalian ini yaitu maqam wali hawariyyun.
Tugas wali hawariyyun sangatlah
berat yaitu menjaga agar ajaran Islam tetap berada di relnya. Ciri-ciri dari wali hawariyyun diantaranya, berani, suka membela orang yang teraniaya, hidup di tengah masyarakat laksana mercusuar yang menjadi penunjuk jalan dan hidupnya selalu dikelilingi fitnah.
Wali hawariyyun digambarkan sebagai
sosok wali yang paling berat tugasnya dimana di setiap zaman jumlahnya hanya satu orang.
Diriwayatkan bahwa di zaman Rasulullah, orang yang mendapatkan maqam wali hawariyyun ini adalah sahabat Zubair bin Awwam sebagaimana sabda beliau, "Setiap Nabi/Rasul memiliki hawariy dan hawariy saya adalah Zubair bin Awwam."
Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga
dikatakan banyak ulama masuk maqam wali hawariyyun. Lantas Kyai Bachit juga bercerita
tentang maqam kewalian Gus Dur yang membuat saya terkaget-kaget karena baru kali ini saya tahu persis maqam kewalian beliau yang sebenarnya.
Kyai Bachit bercerita, bahwa beliau mendapat tahu dari mertuanya KH. Abdul Hadi dan KH. Abdul Hadi mendapat tahu dari gurunya Al Walid Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri bahwa Gus Dur itu ternyata seorang wali hawariyyun.
Seluruh auliya' dari timur sampai ke barat
tahu siapa Gus Dur dan sangat menghormati Gus Dur. Dikatakan pula bahwa memang wali hawariyyun itu sikapnya seperti Gus Dur, begitu keras membela orang-orang yang teraniaya. Warga NU harusnya bangga memiliki Gus Dur.
Lantas setelah Gus Dur wafat
siapa yang menggantikannya? Kyai
Bachit menjawab ada ulama seperti Gus Dur
tapi tempat tinggalnya ada wilayah tanduk
Afrika tanpa menyebut nama dan negaranya.
Walhasil setelah silaturrahmi ini berakhir
saya mengucapkan puji syukur akhirnya saya tahu Gus Dur berada di maqam kewalian yang mana. Alhamdulillah..