Oleh: Shuniyya Ruhama, - Pengajar Ponpes Tahfidzul Quran Al Istiqomah Weleri Kendal dan Alumni FISIPOL UGM Yogyakarta
Menjadi seorang teroris bukanlah hal yang mudah. Bukan pula hal yang instan. Semua butuh proses. Dan kebanyakan kita berproses pula di dalamnya.
Pertama, Identifikasi Kelompok. Dalam hal ini, kita akan dikenalkan siapa sejatinya diri kita. Apa yang membedakan kita dengan kelompok yang lain.
Sisi baik dari identifikasi kelompok ini adalah memperkuat jatidiri kita sebagai bagian dari sebuah komunitas. Entah kesukuan atau keagamaan. Misalnya, saya orang Jawa maka saya akan sangat senang berbahasa Jawa. Saya seorang Muslim, maka saya akan menganggap bahwa sholat adalah wajib.
Namun, jika sudah masuk pada wilayah negatif, masuklah pada sisi Kedua: Group Sentrisme. Group sentrisme ini adalah sikap menilai segala sesuatu dari sudut pandang kelompoknya sendiri. Misalnya, sebagai orang Jawa, saya akan menganggap orang Jawa memiliki budaya adiluhung ketimbang budaya lain. Sikap ini sudah mulai berbahaya.
Tahap ketiga adalah sikap: Promordialis. Yakni sikap memegang loyalitas berlebihan atas identitas kelompok. Sikap ini amatlah berbahaya. Jika tidak segera diatasi, maka akan masuk ke tahap selanjutnya yakni keempat: Intoleran.
Sikap Intoleran ketika masuk pada wilayah yang beragam seperti Indonesia sangatlah tidak cocok. Sikap ini akan memicu konflik di banyak sekali bidang. Konflik yang akan merugikan diri sendiri. Menjadikan diri defensif, antipati kepada kelompok lain. Bahkan cenderung mudah menghakimi terhadap segala sesuatu yang berbeda.
Masuklah sangat mudah ke tahap lima, yakni Radikal. Sikap yang kasar dalam membela apa yang diyakini kebenarannya sehingga bertentangan dengan norma dan nilai sosial. Pada tahap ini kita bisa melihat kata sakti yang begitu enteng dikumandangkan: bunuh, bakar, musnahkan, atau semisal itu.
Sikap ini diikuti dengan tindakan sepihak main hakim sendiri kepada warga atau kelompok yang tidak sepaham. Lalu, setingkat kemudian, masuklah pada fase akhir: Teroris.
Di sinilah kita bisa melihat, bagaimana seseorang bisa melakukan pembunuhan kepada siapa saja yang dibencinya. Bahkan berhayal bahwa tindakannya adalah sesuatu yang suci dan bagian dari perintah Ilahi.
Tidak semua orang yang melakukan Identifikasi Kelompok bisa masuk menjadi Group Sentrisme namun semua yang terjebak dalam Group Sentrisme pasti melakukan Identifikasi Kelompok secara jumud.
Tidak semua orang yang terjebak Group Sentrisme bisa masuk menjadi Primordialis, namun semua yang terjebak dalam Primordialis pasti melakukan Group Sentrisme secara jumud.
Tidak semua orang Primordialis bisa terjerumus menjadi Intoleran, namun semua yang terjerumus dalam Intoleran pasti mempraktekkan Primordialisme secara jumud.
Tidak semua orang yang Intoleran bisa berubah menjadi Radikal, namun semua yang terjebak dalam Radikal pasti melakukan Intoleran.
Akhirnya, tidak semua orang yang Radikal bisa nyungsep menjadi Teroris, namun semua yang nyungsep jadi Teroril pasti dia seorang Radikal Sejati.
Mari kita identifikasi diri kita sendiri, sudah ada di level berapa kita?...