Sepenggal Cerita Tradisi Kepemimpinan Ala NU Yang Membuat NU Kuat Karena Ada Keikhlasan dan Keteladanan


Oleh : Irul-Anwar, ketua & sekretaris OC Konfercab NU Kota Malang

Masya Allah Gus Is, Jenengan Niku Kok....
(Kumpulkan Bisyaroh Selama 5 Tahun Sebesar 100 Juta Lebih untuk Kenang-kenangan Pengurus dan Kantor NU)

Ndak tahulah. Mungkin ini rejeki min haistu laa yaktasib atau apa. Wallahu a'lam. Tapi yang pasti ini memang sebuah keteladanan pemimpin di NU. Dari sosok Gus Is (Dr KH Israqunnajah MAg, ketua tanfidziyah PCNU Kota Malang) yang kurang beberapa hari lagi demisioner. 

Di tengah susahnya panitia konfercab mencari anggaran untuk menutup kekurangan dana rangkaian panitia HSN, Pra Konfercab dan Konfercab, panitia terpanjang sejak Oktober 2021, jenengan hadir memberi kejutan. 

"Mas, masak tidak ada kenang-kenangan untuk peserta konfercab dari kepengurusan kita. Apa gitu mas?" ucap Gus Is pd kami. "Jan-jane nggih sangat pingin Gus. Tapi njih niku. Untuk keperluan hari H, niki masih ikhtiar." Bgtu jawaban saya spontan.

Gus Is pun mengerti. Putra almaghfurullah Romo Kyai Masduki Mahfudz ini meyakinkan. Insyalah ada. Besok kita ke Tanggulangin.

Keesokan harinya, kami berempat pun berangkat. Ada saya, Gus Is, mas Hepi Irul (sekretaris panitia) dan Abah Rifan (bendahara) berangkat ke Tanggulangin. Di mobil iseng sya pun nyeletuk; "Wah kayake kudu teplekan male niki geh Gus." Gus Is menjawab; "Insyalah mboten."

Saat itulah beliau cerita sambil membuka tas yang dibawanya. "Ngeten Mas. Ini Insyalah ada uang. Tapi pinten kulo mboten ngerti. Mergo uaakeh. Mboten pernah kulo buka, nopo maleh ngitung," ucapnya.

Kami semua di mobil penasaran. "Niki uang bisyaroh selama dados ketua. Geh wonten saking... (warga NU hingga panitia kondangan). Merasa mboten hak kulo mergo ngundang atas nama ketua PCNU, nggeh amplopan niki kulo salap tas niki. Dados mboten pernah kulo buka, nopo male ngitung jumlahe."

MasyaAllah. Hati kami trenyuh. Terharu. Ndak bisa berkata apa-apa. "MasyaAllah Gus Is.. jenengan niku kok saget nggeh!" Begitu gumam kami.

Lantas dibukalah tas besar itu. Isinya penuh amplop. Ada juga kotak kecil. Banyak sekali. Tidak tertata rapi amplop2 itu. Khas diletakkan sekenanya.

Lantas satu per satu kami membuka amplop2 itu. Menghitung duit di dalamnya. Ada yg bagian mencatat. Lama sekali ngitung dan mbukai amplop2 itu. Krena ada yang puluhan ribu, ratusan ribu, hingga jutaan. Masya Allah... 

Sambil membukai satu per satu amplop itu kami pun menerawang dengan pikiran masing-masing. "Kok masih ada ya pemimpin ummat seperti ini. Benar2 memberi teladan dengan menjalankan. Bukan cuma menceramahkan." 

Hampir selama perjalanan Malang-Tanggulangin kami menghitung dan membukai amplop. Hampir dua jam. Apa lagi perjalanan di tengah hujan lebat. 

"Berapa Mas totalnya?" tanya Gus Is. "Total 103 juta Gus!" 

MasyaAllah. Amplop bisyaroh Gus Is yang dikumpulkan selama menjadi ketua PCNU jumlahnya Rp 103 juta. Gus Is sendiri juga kaget dan tak mengira dengan jumlah itu. 

Dengan dana itu, Insyalah bisa memberikan kenang-kenangan bagi seluruh pengurus NU, lembaga, banom, yang menjadi peserta Konfercab. Totalnya sekitar 650 orang. 

Sesampai di Tanggulangin gerilya mencari kenang2an apa yang bagus dan bermanfaat. Karena jamaah NU suka ziarah dan butuh tas cangklong, akhirnya sepakat dibelikan tas itu. Bahkan akhirnya nemu tas multifungsi. Bisa untuk cangklong, ransel, dan tas laptop. Alhamdulillah. 

Sisa dana pun dibuat untuk membeli karpet/kambal untuk hall lantai 3 Kantor NU. Yang model Turki itu dengan harga lumayan.  Belinya di Embong Arab.  

Pulangnya dari Tanggulangin Gus Is wanti2 berpesan satu hal. "Mas, jangan bilang ke siapapun ya asal uang ini. Biar tidak menjadi fitnah." Kami pun mengiyakan. Tanda setuju. Praktis yang tahu keteladanan Gus Is itu hanya kami berempat. 

Tapi akhirnya jebol juga. Kebaikan dan keteladanan tak boleh ditutupi. Biar menjadi cermin bagi yang lain. Lalu, memantulkan apa yang dilaksanakan dan dilakukan Gus Is. Setidaknya bagi kami, para pengurus NU di Kota Malang. Baik di tingkat ranting, MWC, maupun PC. Syukur-syukur kalau sampai ke PWNU, bahkan PBNU. Juga menjadi inspirasi bagi pemimpin-pemimpin lainnya. Seperti Gus Dur dulu!

Karena apa yang dilakukan Gus Is ini seakan menjadi oase bagi cerminan pemimpin sekarang. Terlebih pemimpin ormas sebesar NU ini.

Gus Is dengan segala kesederhanaanya selalu tampil apa adanya. Sebagai WR III dan sekarang WR IV UIN Malang, Gus Is hampir tidak pernah menggunakan fasilitas negara untuk urusan di luar fungsinya. Bahkan sehari2 pun memakai mobil Honda Freed tua. Yang itu pun masih belum lunas cicilannya. 

Dengan segala kesibukannya juga masih ngurus NU, MUI, kampus, dua pondok pesantrennya (Nurul Huda Mergosono dan Joyosuko). Gus Is meski agak terlambat karena harus membagi-bagi waktunya yang cuma 24 jam sehari, tapi selalu hadir jika diundang. Seluruhnya untuk ummat. Masya Allah!

Maka, meski kebaikan dan keteladanan Gus Is ini tidak boleh disampaikan sesuai pesan beliau, tapi saya dan sekretaris panitia tetap nekad. Mungkin Gus Is akan marah. Tapi ada alasan kuat mengapa kebaikan ini perlu tersampaikan. Apalagi sudah ada kabar miring berkaitan dengan suksesi PCNU Kota Malang di Konfercab 6 Februari 2022 lusa, yang lagi menjadi isu seksi di kota pendidikan Malang. 

Ngapuntn Gus Is. Kami melanggar pesan jenengan untuk tidak menceritakan keteladanan dan kebaikan jenengan. Semua demi NU Kota Malang. Atau setidaknya bagi kami, para pengurus yang membantu panjenengan di PCNU. 
Al afwu minkum Gus. Tabeek!.