NU Dibutuhkan Dunia, Gus Aun: Itu Bukan GR

Kudus Memiliki Kearifan Moderasi untuk Kerukunan Antar Umat Beragama

Pada masa mendatang kiprah Nahdlatul Ulama (NU) makin dibutuhkan dunia. Utamanya dalam mengupayakan perdamaian dunia Islam.

Perihal peran NU dalam mengondisikan perdamaian dunia Islam itu disampaikan pengurus PP GP Ansor yang kini juga menjabat wakil katib PBNU KH Aunullah A’la kemarin saat kunjungan ke Kudus usai menjalani kegiatan Ansor di Juwana, Pati pada Ahad (17/1) lalu.


MODERASI ISLAM: Gus Aun (wakatib PBNU) saat kunjungan ke Kudus, (16/1/2021).

Ia mengatakan, NU terus mengembangkan moderasi agama. Selain untuk kebutuhan kehidupan beragama dan bernegara di Indonesia maupun untuk kebutuhan geo politik global. Kini kehidupan Islam di Nusantara sendiri sudah kerap menajamkan ektsrem perbedaan.

Sejurus dengan itu, negara-negara Islam Timur Tengah senyatanya belum mampu mengelola perbedaan. Yang kemudian lahirlah konflik-konflik yang hingga kini belum mereda.

”Ini ndilalah, kersane Gusti Allah. Kita sebagai negara memiliki dasar Bhineka Tunggal Ika. Dan ndilalah juga NU dengan dasar nilai-nilai moderasi (tawasuth, tasamuh, tawazun) yang sudah ada mampu menjawab tantangan itu,” urai pria yang memiliki sapaan lain, Gus Aun ini.

Jadi ini, lanjut Gus Aun, bukan GR-nya NU. Pihaknya mengaku, ini meneruskan gagasan KH Yahya Cholil Staquf yang sebagai Ketua Tanfidziyah PBNU beberapa waktu lalu.

Ia juga menyebutkan NU akan terus pada upaya normalisasi di Palestina yang terlibat konflik ribuan tahun dengan Israel. Dia mengatakan, kehidupan dunia tak mungkin berkecamuk perang.

“Dulu hanya bom atom. Sekarang negara-negara maju sudah memiliki bom nuklir. Itu ancamannya bisa menghancurkan seluruh peradaban umat manusia. Maka rekonsiliasi Israel-Palestina dan upaya mewujudkan perdamaian dunia ini sangat mendesak,” tegasnya.


H Mawahib, penggiat NU juga Anggota DPRD Jateng.

Sementara itu, tokoh Ansor Kudus yang juga Anggota DPRD Jateng Mawahib mengatakan, Kudus dengan kearifan yang ada sangat mampu untuk mendukung moderasi Islam. Meski dalam sekup yang kecil.

”Karena para pendahulu kita Mbah Jakfar Shodiq Sunan Kudus meneladani kerukunan beragama pada masa lalu. Bukti tak valid masih berdirinya Menara Kudus (khas Hindu) berdampingan dengan Masjid (al Aqsho),” urai Mawahib.

Harapannya, para tokoh-tokoh dan warga NU di Kudus mempratikkan moderasi beragama ini dalam kehidupan bermasyarakat. “Sehingga dapat selalu tercipta kerukunan dalam masyarakat,” imbuhnya. (AR)