Oleh : Ninanoor - Seword
Gerombolan kadrun adalah mereka yang lebih suka negara ini kacau balau. Mereka suka berdemo, yang ujung-ujungnya minta Presiden RI Jokowi turun. Padahal rakyat tahu bahwa Presiden Jokowi itu memang pilihan mayoritas rakyat. Lewat pesta demokrasi, yakni pemilu. Yang mana kalau kalah, ya harus diterima dengan legowo. Seperti yang dilakukan sendiri oleh lawan Jokowi di Pilpres 2019, Prabowo. Bahkan Prabowo sekarang sudah menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Jokowi.
Namun, gerombolan kadrun ini maunya menang sendiri. Selalu belagak jadi pemenang. Memuja pilihannya seakan jadi titisan dewa. Mengancam mereka yang punya pilihan berbeda dengan mereka. Dan konon kabarnya, mereka juga mengaku sebagai pemegang kunci sorga. Sehingga orang-orang yang berbeda pilihan politiknya dengan gerombolan kadrun, otomatis semuanya akan masuk neraka. Bahkan di antara mereka sampai ada yang berani mengancam Tuhan. Jika pilihannya tidak menang, maka tak ada lagi yang menyembah Tuhan.
Lucunya, mereka justru sangat percaya sama hoaks. Masih ingat kan hoaks penganiayaan yang ditebarkan oleh Ratna Sarumpaet? Begitu banyak tokoh-tokoh gerombolan kadrun yang percaya. Seperti Fadli Zon dan Rizal Ramli. Bahkan anak Amien Rais, Hanum Rais, memainkan drama teraniaya dengan menyamakan Ratna dengan Kartini.
Sudah kena blunder besar termakan hoaks. Kemudian kalah dalam Pilpres. Kenapa masih ada ada saja yang mendukung gerombolan kadrun ini? Namanya juga manusia. Ada yang mau belajar, ada yang tidak. Ada yang mau membuka wawasan, ada yang tidak. Ada yang berilmu tinggi namun membumi, ada yang ilmunya cethek tapi merasa jadi penguasa langit. Ada pula yang waras, ada yang mau saja ditipu dengan atribut agamis. Ada yang bangga dengan keragaman budaya NKRI, ada pula yang memakai kaca mata kuda memuja budaya arab dunia akhirat.
Perilaku yang mau menang sendiri, merasa yang paling benar dan mengancam orang-orang yang pilihannya berbeda dengan mereka, adalah perilaku yang sangat berbahaya. Mengancam kehidupan bangsa ini. Karena bagi para gerombolan kadrun, sangat diutamakan untuk menyeragamkan semua umat Islam di Indonesia. Keragaman suku dan budaya di Indonesia hendak mereka hapuskan.
Tidak heran kan, beberapa waktu lalu, ada insiden menendang sesajen di Lumajang, Jawa Timur. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) justru menyarankan agar pelakunya tidak diproses hukum Sumber. Masak gak paham artinya sesajen bagi masyarakat di sana. Kalau bukan radikal, apa lagi namanya? Sayangnya, MUI malah tidak berani bersikap tegas melawannya. Kita sudah tahu bahwa MUI memang sudah terpapar radikalisme.
Nahhh, ketika perilaku gerombolan kadrun sudah sangat menjadi-jadi. Apalagi dengan pulangnya Rizieq Shihab dari Arab Saudi. Gerombolan kadrun pun terkaget-kaget bukan main, ketika muncul seorang Jenderal TNI yang dengan sangat tegas melawan mereka secara frontal. Dia adalah Jenderal Dudung Abdurachman. Saat beliau menjabat sebagai Pangdam Jaya, hanya beliau yang berani menurunkan baliho Rizieq hingga menyebut FPI dibubarkan. Ketegasan Jenderal Dudung waktu itu mendapatkan banyak dukungan dan apresiasi dari masyarakat. Hanya segelintir gerombolan kadrun saja yang berani protes. Tapi gak berani protes langsung di depan Jenderal Dudung sih hehehe….
Sekarang Jenderal Dudung sudah menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD). Dan sekali lagi, Jenderal Dudung menggebrak dan mengobrak abrik mental gerombolan kadrun. Yakni ketika Jenderal Dudung “mengambil alih” Monas, pada hari Selasa lalu (25/01). Monas merupakan lokasi pengumpulan massa bagi kadrun. Monas sangat melekat kuat dengan citra kekuatan kadrun. Aksi yang dikenal dengan nama 212, berpusat di Monas. Ajang reuni para alumni aksi 212 pun digelar di Monas. Sampai-sampai para kadrun ini diberi gelar “monaslimin”. Saking cintanya mereka untuk melaksanakan ibadah sholat di Lapangan Monas. Bukannya di masjid. Hedeeehh…
Tapi itu dulu. Sudah beberapa kali rencana kegiatan para kadrun yang mau mereka gelar di Monas, gagal! Iya lah! Masak lagi masa pandemi gini mau menggalang massa kumpul-kumpul di Monas. Mau membuat “klaster Monas” sebagai klaster baru penyebaran virus Covid. Hal ini sudah mulai melemahkan sendi-sendi gerombolan kadrun.
Namun, gebrakan yang benar-benar bikin kadrun kocar kacir, adalah ketika KASAD Dudung menggelar Apel Pasukan di Monas. Ribuan kekuatan TNI AD yang berada di bawah Mabes AD dan Kodam Jaya dikerahkan dalam apel pagi itu. KASAD Dudung memberikan arahan terkait menguatnya gerakan radikal di tengah masyarakat.
Menurut KASAD, gerakan radikal itu saat ini sudah dalam tahap yang sangat menghawatirkan. Karena paham radikalisme sudah menyusup sampai ke sekolah-sekolah dan kampus-kampus sehingga mengancam generasi muda. KASAD Dudung pun mengeluarkan instruksi khusus kepada seluruh prajurit TNI AD di seluruh Indonesia. Untuk melakukan pemetaan di wilayah masing-masing.
Sebagai bentuk antisipasi dalam mencegah bangkitnya gerakan radikalisme yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa. Jika sudah diketahui, para prajurit TNI AD selanjutnya agar berkoordinasi dengan pihak kepolisian setempat. KASAD Dudung juga menekankan peran strategis TNI AD dalam menghadapi dan melawan kelompok radikal Sumber. Bahkan KASAD Dudung menyatakan tidak akan segan untuk menindak jika ada prajurit TNI AD yang terbukti telah terpapar paham radikal.
Oleh sebab itu, kepada para awak media, menyikapi beredarnya poster Haikal Hassan yang disebut mengisi acara di Yonif Para Raider 502 Malang, KASAD Dudung menegaskan bahwa itu adalah hoaks. Sebagaimana sudah disampaikan sebelumnya oleh TNI AD. Bahwa tidak benar TNI AD menggelar acara dengan mengundang Haikal Hassan.
Haikal Hassan dikenal sebagai salah satu tokoh dari gerombolan kadrun. Suka melemparkan provokasi dan bikin gaduh. Bahkan bikin hoaks, seperti cuitannya yang menyebut bahwa dibatalkannya ibadah haji pada tahun 2021 karena kedekatan pemerintah dengan China dan dana haji yang dipakai buat hal lain Sumber. Atas beredarnya poster Haikal Hassan terkait acaranya di Malang, KASAD Dudung menyebutnya sebagai upaya membenturkan TNI dan rakyat. Seakan-akan TNI mendukung sepak terjang gerombolan kadrun.
Jedeeerr!!! Gerombolan kadrun pun mendapat tamparan yang telak dari KASAD Dudung. Memang dalam beberapa minggu awal tahun 2022 ini nampak ada pergerakan dari gerombolan kadrun. Dari acara dakwah Haikal Hassan hingga ke perkataan kontroversial Edy Mulyadi soal pindahnya ibu kota negara. Edy Mulyadi mengklaim bahwa ibu kota negara yang baru itu dibangun untuk tempat tinggal warga Tiongkok (China). Sembari sok menyemprot Menteri Pertahanan Prabowo sebagai macan yang mengeong. Ditambah dengan hinaan Edy terhadap warga Kalimantan dengan menyamakan mereka seperti “jin”, “kuntilanak” dan “genderuwo” Sumber. Ketika menyebut perkataan ini, Edy didampingi oleh mereka yang terafiliasi dengan ormas terlarang HTI dan FPI.
Alarm pun berbunyi buat KASAD Dudung. Saatnya menggebrak kadrun. Haikal Hassan dan Edy Mulyadi memang bertujuan untuk menggalang kekuatan massa. Petantang petenteng, seolah apa yang mereka sampaikan itu benar adanya dan didukung oleh TNI AD. Padahal kan hoaks. Monas akhirnya “diambil alih” oleh KASAD Dudung. Ribuan pasukan disiapkan di depan mata gerombolan kadrun. Yang hanya bisa memandang, tanpa bisa melawan. Dengan hati yang kocar kacir tak karuan. Selalu dari kura-kura!