PEREMPUAN PILAR PERADABAN
Oleh: Ahmad Fatah
Perempuan adalah pilar peradaban. Banyak kajian dan teladan mengenai kisah dan kiprah perempuan dari zaman ke zaman. Misalnya yang secara rutin, tiap tanggal 22 Desember selalu diperingati hari ibu; tiap tanggal 21 April juga diperingati hari Kartini. Hari ini, tanggal 8 Maret juga diperingati sebagai International Woman`s Day (IWD) atau Hari Perempuan Internasional. Disebut peringatan tujuannya tentu agar untuk diingat, baik mengingat ibu dan perempuan dari sisi jasa-jasa, peran dan fungsinya dalam keluarga; bukan sekedar mengingat tanggal tersebut. Ibu adalah sosok perempuan yang mendampingi kepala keluarga, sekaligus sebagai stabilisator dan pengelola keluarga. Idealnya begitu. Maka sering disebut perempuan sebagai tiang Negara. Hal tersebut cukup beralasan karena dua hal. Pertama, karena keluarga secara sosiologis adalah unsur terkecil dari masyarakat. Dari unsur-unsur keluarga yang harmonis tersebut muncullah masyarakat yang harmonis dan beradab. Kedua, baik dan buruknya perkembangan dan peradaban suatu bangsa tergantung pada kaum perempuan. Jika perempuan mampu berperan secara ideal maka terbentuklah masyarakat yang harmonis, tenteram dan beradab. Sebaliknya jika perempuan zero participant atau justru peran yang negatif, maka justru akan menjadikan masyarakat yang mundur dan tidak beradab. Secara data statistik, hal itu bisa dipertimbangkan karena memang jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki.
Dalam pandangan Al-Quran, perempuan dan keluarga mendapat perhatian yang sangat intens. Bahkan ada satu nama surat dalam Al-Quran yang disebut an-Nisa` (perempuan), dan tidak dijumpai nama surat ar-Rijal (laki-laki). Tidak cukup itu, Al-Quran cukup menyebut satu surat khusus yaitu Ali Imron (keluarga Imron). Yang menarik surat Ali Imron itu diiringi surat an-Nisa` yang mengisyaratkan pentingnya peran perempuan dan keluarga dalam masyarakat. Tapi perlu difahami, selain dua surat tersebut banyak ayat-ayat Al-Quran yang menyebutkan arti penting dan kedudukan keluarga. Misalnya dalam surat at-Tahrim ayat 6 disebutkan bahwa Ayat tersebut pada dasarnya mengingatkan semua kepala keluarga dalam hal ini Bapak dan atau Ibu bahkan para wali, supaya membangun, membina, memelihara dan atau melindungi semua dan setiap anggota keluarga yang menjadi tanggungannya dari kemungkinan mara bahaya yang disimbolkan dengan siksaan api neraka. Sebab, dalam pandangan Islam, berkeluarga itu tidak hanya untuk sebatas dalam kehidupan duniawi; akan tetapi juga sampai kehidupan akhirat kelak.
Indikator lain dari kepedulian Islam terhadap eksistensi dan peran keluarga dalam kehidupan sosial kemasyarakatan ialah adanya hukum keluarga Islam yang secara spesifik mengatur persoalan-persoalan hukum keluarga mulai dari perkawinan, hadhanah (pengasuhan dan pendidikan anak), sampai kepada hukum kewarisan dan lain-lain yang lazim dikenal dengan sebutan al-ahwal al-syakhshiyyah, ahkam al-usrah, Islamic family law dan lainnya. Hukum Keluarga Islam benar-benar mengatur semua dan setiap urusan keluarga mulai dari hal-hal yang bersifat filosofis dan edukatif, sampai hal-hal yang bersifat akhlaqi yang teknis operasional sekalipun. Itulah sebabnya mengapa Islam memerintahkan pemeluknya agar selalu saling menyayangi dan bekerjasama antara sesama keluarga.
Secara historis, di Indonesia banyak tokoh-tokoh perempuan, baik pejuang-pejuang pra kemerdekaan hingga masa sekarang ini. Kita bisa meneladani Raden Ajeng Kartini dari Jepara yang berupaya untuk memperjuangkan emansipasi perempuan. Kita juga bisa meneladani Cut Nyak Din yang gigih berjuang melawan penjajah di Aceh. Dalam Islam, Khadijah dan A`isyah adalah sosok yang sangat berperan terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW. Khadijah seorang saudagar dermawan dan perempuan terhormat di kalangan Arab; A`isyah perempuan ce…
[9:35 AM, 3/8/2020] Fatah IAIN Kudus LTN NU: Mohon di upload di website Pak. Matur nuwun
[4:57 PM, 3/8/2020] Fatah IAIN Kudus LTN NU: Edukasi Masyarakat Awam, NU Kudus Gelar Ngaji Rutin Gandeng Gus Baha
KOTA, Radar Kudus - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kabupaten Kudus menggelar selamatan dan doa bersama memperingati hari lahir ke 97 NU di kantor setempat kemarin. Acara ini dihadiri para penggiat NU dan seluruh badan otonom (banom).
Dalam acara tersebut Ketua PC NU Kudus Asyrofi Masyithoh mengatakan, terimakasih atas semangat semua para penggiat NU dan badan otonomnya. Baik IPNU IPPNU Ansor Fatayat hingga Muslimat.
”Ke depan segala hal harus total dikhidmatkan untuk NU. Punya anak ya sekolahkan di madrasahnya NU, mau mengonsumsi makanan atau minuman ya produk pengusaha NU. Mari para pejuang NU dan warga nahdliyin untuk terus menggelorakan NU,” ujar Asyrofi.
Lebih lanjut dia mengatakan, sinergitas antarlembaga NU satu dengan lainnya harus terus ditingkatkan. Dengan demikian, lanjut dia, NU khususnya di Kudus dapat makin besar dan kuat.
Sementara itu, Ketua Lembaga Dakwah NU Kudus Nasih Sa’adudin An Nasih nanti pada 30 Maret, NU akan mengadakan ngaji kitab. Pengajian ini akan menghadirkan KH Bahaudin Nur Salin yang populer dengan sapaan Gus Baha di Masjid Al Aqsha Menara Kudus. Juga merawuhkan Gus Gofur. Rencananya akan rutin diadakan di Masjid Agung Kudus dengan melibatkan masyarakat luas.
Kegiatan ini dilatari adanya kecenderungan masyarakat sekarang lebih tertarik disiplin beragama. Misalnya, begitu ada suara adzan terus sholat, gerakan shala subuh berjamaah dan banyak lainnya.
”Tapi tidak sadar ini dimanfaatkan kelompok sebelah. Akhirnya secara halus digiring memasuki gerakan khilafah. Kedisiplinan beragama pada dasarnya hal baik namun harus dilandasi ilmu dan kesadaran beragama yang benar,” terang pria yang akrab disapa Gus Nasih.
Lebih lanjut ia mengatakan, kedisiplinan atau semangat beragama tanpa ada landasan agama yang kuat bisa dimanfaatkan gerakan radikal. Solusinya, kata Gus Nasih, dengan memberikan gambaran agar beragama tidak didasari semangat yang kebablasan.
”Diharapkan dengan harlah ke 97 NU ini semakin meningkatkan kesadaran masyarakat, dan NU makin memedulikan cara beragama masyarakat awam khususnya muslim perkotaan yang kerap dijadikan sasaran gerakan radikal,” terang Gus Nasih. (him)