KOTA, Radar Kudus - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kabupaten Kudus menggelar selamatan dan doa bersama memperingati hari lahir ke 97 NU di kantor setempat kemarin. Acara ini dihadiri para penggiat NU dan seluruh badan otonom (banom).
Dalam acara tersebut Ketua PC NU Kudus Asyrofi Masyithoh mengatakan, terimakasih atas semangat semua para penggiat NU dan badan otonomnya. Baik IPNU IPPNU Ansor Fatayat hingga Muslimat.
”Ke depan segala hal harus total dikhidmatkan untuk NU. Punya anak ya sekolahkan di madrasahnya NU, mau mengonsumsi makanan atau minuman ya produk pengusaha NU. Mari para pejuang NU dan warga nahdliyin untuk terus menggelorakan NU,” ujar Asyrofi.
Lebih lanjut dia mengatakan, sinergitas antarlembaga NU satu dengan lainnya harus terus ditingkatkan. Dengan demikian, lanjut dia, NU khususnya di Kudus dapat makin besar dan kuat.
Sementara itu, Ketua Lembaga Dakwah NU Kudus Nasih Sa’adudin An Nasih nanti pada 30 Maret, NU akan mengadakan ngaji kitab. Pengajian ini akan menghadirkan KH Bahaudin Nur Salin yang populer dengan sapaan Gus Baha di Masjid Al Aqsha Menara Kudus. Juga merawuhkan Gus Gofur. Rencananya akan rutin diadakan di Masjid Agung Kudus dengan melibatkan masyarakat luas.
Kegiatan ini dilatari adanya kecenderungan masyarakat sekarang lebih tertarik disiplin beragama. Misalnya, begitu ada suara adzan terus sholat, gerakan shala subuh berjamaah dan banyak lainnya.
”Tapi tidak sadar ini dimanfaatkan kelompok sebelah. Akhirnya secara halus digiring memasuki gerakan khilafah. Kedisiplinan beragama pada dasarnya hal baik namun harus dilandasi ilmu dan kesadaran beragama yang benar,” terang pria yang akrab disapa Gus Nasih.
Lebih lanjut ia mengatakan, kedisiplinan atau semangat beragama tanpa ada landasan agama yang kuat bisa dimanfaatkan gerakan radikal. Solusinya, kata Gus Nasih, dengan memberikan gambaran agar beragama tidak didasari semangat yang kebablasan.
”Diharapkan dengan harlah ke 97 NU ini semakin meningkatkan kesadaran masyarakat, dan NU makin memedulikan cara beragama masyarakat awam khususnya muslim perkotaan yang kerap dijadikan sasaran gerakan radikal,” terang Gus Nasih. (him)