SKALA PRIORITAS PROGRAM AKSI




 
Catatan Ringan Pesantren Keliling Gusjigang (PEKIG) Lakpesdam NU Kudus
Perdana, Pelataran Rumah (Honggosoco, Jekulo) 07022020
Narator: Nur Said
Ketua Lakpesdam NU Kudus

Perjumpaan memang kesempatan yang mahal. Menemukan satu waktu antar insan yang sarat kesibukan untuk berjumpa berbagi cerita, refleksi dan merumuskan aksi bersama tentu tidak mudah, namun bukan tidak mungkin. Apalagi bicara tentang NU dulu, kini dan mendatang. Bisa dibilang berat namun bisa juga ringan. Kata kuncinya adalah niat, tekad, tekad dan tekad. 

Ya, inilah refleksi awal perjumpaan pengurus Lakpesdam yang dikasih tajuk Pesantren Keliling Gusjigang (PEKIG) Lakpesdam NU Kudus. PEKIG Lakpesdam akan menjadi ajang silaturrahim antar pengurus Lakpesdam dan sekaligus warga NU di arus bawah. Diharapkan bisa keliling ke berbagai kampung-kampung, blusukan membaca data dan realitas dari dekat dengan selingan seni, sastra atau  kajian kitab warisan para Salafus sholih yang layak jadi panduan hidup beraswaja kini dan nanti. 

Setelah ritual khas Aswaja hadroh, tahlil dan doa acara dilanjutkan pengarahan dari Pembina yang sempat hadir saat itu Bapak H. Fajar Nugroho. Suatu saat Bapak/Ibu Pembina yang lain berkenan hadir memberikan inspirasi dan sharing pengelamannya tak lain demi komitmen hidmah kita ke NU.
Seperti pesan sebelumnya saat orientasi pengurus Lakpesdam perdana di kantor PCNU Kudus oleh Bapak H. Asyrofi Masyito yang menaruh harapan besar bagi Lakpesdam NU Kudus sebagai think thank atau sumber inspirasi arah gerakan  banom-banom NU di Kabupaten Kudus. Demikian juga Pak Fajar (panggilan akrab H. Fajar Nugroho) juga menegaskan pentingnya Lakpesdam NU memberi gizi dan vitamin dalam langkah dan gerakan NU berikut banomnya di Kudus kini dan nanti.
Maka perlu memiliki skala prioritas agar mampu meramu jamiyyah NU benar-benar NU. Bukan sekedar jamaah tapi jam’iyyah yang memiliki visi dan gerakan yang jelas. Adanya memberi add values maslahah.  Untuk menentukan skala priorotas ini perlu peka dan respek dengan isu-isu strategis yang lagi mengedepan akhir-akhir ini berdasarkan ruang dan waktu. Begitu banyaknya lembaga di bawah PCNU di satu sisi merupakan potensi besar atau bisa disebut sebagai bonus kelembagaan NU. 19  (Sembilan belas) lembaga di bawah NU kalau masing-masing memiliki skala program prioritas riil  dalam setiap bulannya  itu akan berdampak besar dan sekaligus meneguhkan NU sebagai agen perubahan di Kudus dan sekitarnya. Sebagaimana Gus Dur menyebutnuat sebagai sub-kultur. 

Akar Skala Prioritas 

Program skala prioritas ini supaya memiliki akar yang kuat tidak bisa ditentukan oleh satu dua orang top leader saja. Perlu banyak mendengar, menyerap dan aspirasi angota pengurus yang lain dari suatu lembaga di bawah NU itu dan termasuk suara dan situasi dan kondisi arus bawah warga NU. Lebih-lebih generasi milenial. WAG saja tidak cukup, karena bahasa tulisan itu sangat terbatas dan terkadang salah tafsir. Maka butuh ruang perjumpaan. Maka perjumpaan antar pengurus menjadi sesuatu yang penting. Lakpesdam juga masih belajar, dan dalam tahap penataan diri dan terus belajar. Kita bukan superman, sehingga perlu terus belajar mendengar dan mengeksekusi. Kesadaran inilah yang mendorong Lakpesdam NU Kudus membangun ruang perjuampaan melalui PEKIG Lakpesdam NU Kudus yang ke depan insya Allah kita jalankan setiap Malam Selasa akhir bulan. Agar menemukan dinamika lokus dan tempus yang variatif. Pelaksanaaannya akan ditempatkan di ruang yang berbeda, bisa di rumah, kantor PCNU, pesantren, masjid, base camp atau langgar atau mungkin di warung pinggiran. 

Perlu investasi waktu sebulan sekali membangun perjumpaan NU yang meaningfull. Komitmen hidmah kita kepada NU minimal memberikan ruang dan waktu untuk dielaktika membangun aksi. Hikmah perjumapaan disamping menemukan berkah silaturrahim juga memberi arah  bagi gerakan NU ke depan yang lebih mengakar juga sekaligus memberikan variasi ritme kehidupan kita agar seimbang antara urusan kerja, urusan keluarga dan urusan sosial NU. Antara kesalehan individual dan kesalehan sosial. Para Muassis NU sudah memberi keteladaanan positif sebagaimana Romo KHR. Asnawi yang dikenal dengan dakwah kelilingnya. Demikian juga Rama KH. Arwani Amin yang dikenal suka keliling  ke masjid-masjid untuk mengikuti jumatan di kampung-kampung terpencil sebagai upaya menemukan data tahsin bacaan Al Fatihah.  Jadi budaya blusukan sesungguhnya bagian dari tradisi NU yang perlu dimekarkan terus.
Keberkahan tentu akan semakin melimpah ketika sebulan sekali sekitar dua jam saja kita turut blusukan ke kampung untuk bergulat dengan NU sebagai wujud meneruskan jejak juang para ulama pendahulu kita yang telah menancabkan akar gerakan NU yang meneguhkan NKRI sehingga kita bisa eksisi seperti ini. 

Setiap kali perjuampaan bukan sekedar membangun wacana, memetakan masalah dan menemukan isu. Lalu berhenti.  Tidak. Dalam setiap perjuampaan minimal ada satu rencana aksi atau bisa kita sebut sebagai Rencana Aksi Prioritas (RAP). Tidak berhenti pada pembahasan yang minus aksi. Biarkan setiap lembaga membangun RAP bulanan masing-masing secara unik dan khas. Kita apresiasi dan kita hargai. Masing-masing lembaga memiiki kepekaan yang berbeda dalam membaca tanda-tanda zaman. Kalau setiap lembaga di bawah NU melakukan hal yang sama, kita yakin 19 lembaga NU di Kudus ini akan mewanai dunia kehidupan keberagamaan yang lebih maju minimal di Kudus dan wilayah pantura bahkan Indonesia pada umumnya. 

RAP Lakpesdam Sebulan Mendatang

Kita masih ingat betul saat Konfercab NU Kudus setahun yang lalu, bahkan LTNU bersama panitia Konfercab NU juga menerbitkan E-book dengan judul: Cyber NU,  salah satu isu penting yang ditonjolkan agar mewarnai segala lini gerakan NU lima tahun mendatang. Sementara pada sisi lain bulan Maret 2020 mendatang juga PBNU akan menggelas Munas Alim Ulama di Sarang dalam menyongsong Mu’taar NU ke-34 di Lampung. Dengan merespon dua memen besar dan isu strategis tersebut Lakpesdam NU berdasarkan temu pertemuan PEKIG Lakpesdam malam itu (07022020) akan merealisasikan 2 (dua) program aksi prioritas: 

(1)    Memberikan kontribusi pemikiran praktek terbaik (best practice) moderasi beragama dalam struktur Islam Jawa. Insya Allah akan diwujudkan dalam bentuk penerbitan buku kumpulan tulisan hasil riset atau refleksi kritis yang terbuka untuk umum. Tarjetnya menemuka 34 tulisan sebagai momentum menjelang Mu’tamar NU yang ke-34. Begitu naskah terkumpul Lakpesdam siap kerja sama, berkolaborasi dengan siapapun yang siap mendukung realisasi penerbitan ini baik individu maupun kelembagaan. Kalau belum ada biaya, minimal akan terbit dalam wujud e-boook ber ISBN. Alhamdulillah bekah adanya jaringan sejumlah tokoh sudah siap sebagai reviewer antara lain dari Mas Sastro AL Ngatawi dari UNUSIA Jakarta, Kang Mahrus el-Mawa dari Diktis Kemenag dan beberapa kawan aktivis NU dari Kudus.  Penulisnya terbuka untuk umum. Sejumlah jaringan NU di Jawa sudah menyatakan kesediaannya untuk menulis termasuk sejumlah Kyai, Bu Nyai dan sejumlah Profesor. Diharapkan juga muncul dari warga NU Kudus dan separohnya adalah dari kalangan perempuan. Tak lain sebagai wujud hidmah untuk masa depan NU. 

(2)    Membangun bank data karya ulama Aswaja dalam wujud E-Library.  Pertemuan PEKIG Lakpesdam NU kamarin malam sudah berhasil mengumpulkan sekitar 500an naskah kitab Aswaja dari kumpulan karya KH Abdul Hamid Kudus, Syeaikh Nawawi Al Bantani dan puluhan ebook yang dalam sebulan ke depan akan direkonstruksi dalam Sistem Informasi Kepustakaan Aswaja (SIKA) Lakpesdam NU berbasis web. Lakpesdam NU sedang mempelajari SIKA Lakpesdam NU Kudus ini bisa terintergrasi dengan web PCNU Kudus. Tim IT Lakpesdam NU Kudus sedang mengkajinya. Ini sebagai awal membangun kesadaran bahwa semua kebijakan NU diharapkan berbasisi data bukan didasarkan persepsi atau sekedar bisikan gosip yang tidak jelas sumbernya. Maka budaya tabayun diharapkan akan dikedepankan dalam mebangungun tradisi NU ini  agar persatuan dan kesatuan warga NU yang dilambangkan dengan tali dadung bisa menjadi nyata dan membawa mashlahah.  Program SIKA Lakpesdam NU Kudus ini masih membutuhkan partisipasi warga NU di Kudus dan sekitarnya terutama dalam proses inventarissasi naskah yang sudah berupa ebook atau e-kitab. Setiap kitab diharapkan nanti akan dikasih narasi semacam katalog sehingga pembaca akan dengan mudah bisa memilih mana kitab atau buku sesuai kebutuhan tanpa harus repot melangkah.  SIKA Lakoesdam NU juga akan memuat media belajar aswaja, VLog ceramah para Kyai dan juga informasi terkini kiprah dan gerakan NU. Dunia literasi aswaja akan berada di genggaman melalui kotak ajaib yang sering kita sebut HP, Gadget atau PC yang ada di rumah selama konek internet. Semua ini sebagai bagian dari kebutuhan generasi milenial agar NU tidak ditinggalkan oleh meraka para santri milenial sebagai penerus pemimpin NU mendatang. 

Dua program prioritas Lakpesdam NU Kudus akan dievaluasi setiap bulan dalam temu PEKIG Lakpesdam NU Kudus. Mohon doa restunya, semoga rencana aksi prioritas ini bisa segera terealisasi dan akan menjadi efek domino dalam menyusun program-program berikutnya di Lakpesdam NU Kudus khususnya dan lembaga-lemabaga lain di bawah PCNU Kudus umumnya. Salam moderasi, salam aswaja.  Take action, miracle happen (*).