Kementerian Agama (Kemenag) mengingatkan kepada pihak pondok pesantren bahwa fenomena perang pemikiran yang terjadi sekarang ini di kalangan internal umat Islam, telah mengancam isi dari kitab kuning. Kitab Kuning yang menjadi rujukan pesantren kepada kitab-kitab keislaman kontemporer ini menjadi legitimasi arus pemikiran di luar yang telah diajarkan oleh para penulisnya.
Hal itu disampaikan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Ace Saefuddin usai menerima perwakilan dosen dan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) di kantor Kemenag Jakarta. “Saat ini upaya pengubahan dan penyusupan isi (pemalsuan) kitab-kitab pelajaran agama atau biasa disebut kitab kuning semakin gencar,” ujarnya, Kamis (23/1).
Hal ini, menurut dia, terjadi karena perang pemikiran antara kelompok Salafiyah yang diwakilkan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dan Kelompok Islam garis keras atau yang biasa dikenal dengan Wahabi. “Di dalam kitab yang disusupi ada kalimat-kalimat tertentu yang menyalahkan arti sehingga mengandung perbedaan faham,” kata dia. Penyusupan itu, kata Ace, seperti dengan tahrib atau menghilangkan ide yang asli, ada juga melalui tahqiq atau membuat tafsir baru seperti AlQur’annya Ahmadiyah. Penyusupan terjadi melalui software komputer dalam penggunaan kitab-kitab ini yaitu Maktabah Syamila yang kini mulai populer digunakan dikalangan para santri pondok pesantren modern. Karenanya, ia mengingatkan kepada pihak pondok pesantren baik Kiai atau santri untuk memperhatikan hal ini. Pihaknya juga menghimbau agar Kiai bisa memberikan pemahaman yang benar sesuai asli penulisnya kepada para santri. Ini sebagai bentuk antisipasi, agar santri bisa membedakan seperti apa kitab-kitab yang masih asli sesuai karangan penulisnya dan mana yang telah diubah.
Wahabi Mencetak Kitab Kuning Palsu
Begitu banyak kitab para ulama dicetak dan beredar, tetapi isinya sudah diputar-balik sedemikian rupa, sehingga seolah-olah penulisnya itu 100 persen cocok dengan ‘selera’ mereka. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah kitmanul-haq, atau setidaknya sebuah pengkhianatan. Dalam istilah ilmu hadits, namanya tadlis.
Berikut isi kitab kuning yang telah diubah oleh tangan-tangan jahil Wahabi.
- Bila dalam kitab kuning al-Ibanah karya Imam Abul Hasan al-Asy’ari terdapat tulisan yang secara eksplisit maupun implisit mendukung tajsim dan tasybih, maka dipastikan kitab tersebut diubah.
- Bila dalam kitab kuning Shahih Bukhari, pasal al-Ma’rifah dan Bab al-Madholim tidak ada/hilang, maka dapat dipastikan kitab tersebut diubah, karena Imam Ibnu Hajar al-Asqolani dalam Fathul Bari menjelaskan adanya pasal tersebut.
- Bila pasal Ziarah Kubur Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam di dalam kitab kuning Riyadlus Sholihin berubah menjadi pasal Ziarah Masjid Nabawi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, maka kitab tersebut diubah.
- Di dalam kitab Diwan Asy Syafi’i halaman 47 ada bait yang berbunyi, “Faqihan wa Shufiyyan Fakun Laisa Wahidan, yang artinya “Jadilah ahli fiqih dan Shufi sekaligus, jangan hanya salah satunya…dan seterusnya.” Bila bait ini hilang maka kitab kuning tersebut diubah.
- Bila Hadits tentang Fadhoil Maryam, Asiyah, Khodijah dan Fatimah hilang dari kitab Shahih Muslim, maka kitab itu diubah karena Mustadrak al-Hakim mencatat itu.
- Bila Hadits tentang Nabi SAW mempersaudarakan Muhajirin dan Anshor, serta mempersaudarakan dirinya dengan Sayidina Ali tidak ada di dalam Musnad Imam Ahmad, maka Musnad tersebut diubah.
- Bila pasal khusus tentang Wali, Abdal, Sholihin dan Karomah, tidak ada di dalam Hasyiyah Ibnu Abidin yang bermadzhab Hanafi, maka kitab tersebut diubah.
- Bila tulisan bahwa “Wahabi adalah jelma’an khawarij yang telah merusak penafsiran Al-Qur’an dan As-Sunnah, suka membunuh kaum muslimin…dan seterusnya” dalam kitab Hasyiyah Ash-Showi ala Tafsir Jalalain karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Ash-Showi al-Maliki halaman 78 tidak ada, maka kitab tersebut diubah!
- Di dalam kitab Al-Fawaid Al-Muntakhobat karya Ibnu Jami Aziz Zubairi halaman 207 menyatakan bhwa Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah Thoghut Besar. Bila tulisan ini tidak ada, maka kitab tersebut diubah.
- Bila Bab Istighothah pada kitab al-Mughni karya Imam Ibnu Qudamah al-Hanbali tidak ada, maka kitab tersebut diubah.
dan masih banyak lagi kitab-kitab kuning yang sudah dirubah oleh Kaum Wahabi. Maka berhati-hatilah, bergurulah dengan guru yang bersanad dengan cara talaqqi. karena pegangan guru yang bersanad adalah pegangan yang selamat.