Pesantren
Kumpulan kitab, buku, majalah, dan koran tertata rapi di rak yang berjajar di ruangan ini. Ada NU Corner yang menyediakan sejumlah buku tentang Nahdlatul Ulama. Juga Sudut Tebuireng, beberapa buku dan majalah yang membahas Tebuireng dari berbagai sudut pandang.
“Bisa dikatakan bahwa koleksi buku dan literatur di perpustakaan ini sudah memadai,” kata Lelie Lediana, kepala Perpustakaan A Wajid Hasyim Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur kepada NU Online (2/12).
Di perpustakaan ini juga tersedia bundel majalah dari tahun 1937 seperti “Soeara Nahdlatoel Oelama” dan media lain yang membahas tentang NU. Majalah umum dan surat kabar lain juga tertata dengan baik di sini.
Kamis, 05/12/2013 01:00
Jombang, NU OnlineKumpulan kitab, buku, majalah, dan koran tertata rapi di rak yang berjajar di ruangan ini. Ada NU Corner yang menyediakan sejumlah buku tentang Nahdlatul Ulama. Juga Sudut Tebuireng, beberapa buku dan majalah yang membahas Tebuireng dari berbagai sudut pandang.
“Bisa dikatakan bahwa koleksi buku dan literatur di perpustakaan ini sudah memadai,” kata Lelie Lediana, kepala Perpustakaan A Wajid Hasyim Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur kepada NU Online (2/12).
Di perpustakaan ini juga tersedia bundel majalah dari tahun 1937 seperti “Soeara Nahdlatoel Oelama” dan media lain yang membahas tentang NU. Majalah umum dan surat kabar lain juga tertata dengan baik di sini.
Para
 pengunjung juga dapat memperoleh informasi terbaru dari sejumlah media 
harian, majalah minguan dan bulanan yang tersedia. “Untuk koran, setiap 
hari kami berlanganan Jawa Pos, Surya, Republika, Kompas, dan Bangsa,” 
kata alumunus Sarjana Ilmu Perpustakaan ini.
Ibu Ana, sapaan 
akrabnya juga menandaskan bahwa di perpustakaan ini tersedia Majalah 
Tempo, Gatra, Aula, Trubus, Agrobisnis, Sabili, Horison, Forum Keadilan,
 PC Media, hinga Suara Muhammadiyah. “Rasanya, untuk koleksi di 
perpustakaan pesantren, apa yang kami miliki bisa membuka cakrawala baru
 bagi para santri dan pengunjung,” tandasnya.
Perpustakaan yang 
buka sejak jam 08.00 hingga 17.00 ini tidak semata memberikan informasi 
berupa buku dan majalah. “Khusus hari Jumat, kami mengadakan acara 
nonton bareng film keislaman,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 12 Juni
 1979 ini.
Pada kesempatan berbeda, di tempat ini juga sesekali 
mengadakan pertemuan dengan sejumlah penulis muda, diskusi buku, sastra 
dan sejenisnya. Apalagi di Pesantren Tebuireng ada sejumlah penulis 
produktif yang sesekali membimbing para santri dalam mengasah 
keterampilan menulis.
“Target kami, dengan koleksi yang dimiliki,
 minat membaca para santri bisa terus tumbuh,” tandas istri dari Maskut 
Candranegara ini. Karenanya, sejumlah fasilitas penunjang terus 
diberikan kepada para pengunjung baik dari kalangan santri Pesantren 
Tebuireng, komunitas sekitar maupun masyarakat umum.
“Sementara, 
ruangan hanya dibantu dengan dua unit kipas angin,” kata mantan karyawan
 sebuah bank swasta di Palembang ini. Idelanya memang ruangan diberikan 
pendingin udara berupa AC. “Ini untuk menjaga koleksi buku dan arsip 
yang ada,” tandasnya.
Namun demikian, dengan sejumlah koleksi dan
 kemudahan yang dimiliki, Perpustakaan A Wahid Hasyim Pesantren 
Tebuireng akan terus memperaiki fasilitas dan layanan. Termasuk koleksi 
buku dan kitab khususnya karangan para kiai dan ustadz Pesantren 
Tebuireng yang selama ini masih tersebar di banyak lokasi. 
Tidak
 ada persyaratan khusus kepada para pengunjung untuk menikmati sejumlah 
koleksi yang ada. “Cukup isi buku tamu dan silahkan menikmati koleksi 
yang kami miliki,” kata Ibu Ana. Namun untuk sermentara, perpustakaan 
tidak meminjamkan koleksi yang ada. “Silahkan dibaca di tempat,” 
katanya. “Dan bila membutuhkan foto copy, maka petugas kami yang akan 
melayani,” pungkasnya. (Syaifullah/Abdullah Alawi)
